JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Riri Asnita mengatakan, guna menanggulangi kesemrawutan utilitas di Jakarta, sejak 2016 instansinya membangun main hall utilitas atau box utilitas.
Sejak 2016 hingga Desember 2017, pembangunan box utilitas di Jakarta telah mencapai 50 kilometer.
Box utilitas ini berfungsi sebagai tempat keluar masuk utilitas, baik kabel, pipa ataupun sejumlah utilitas lain yang berada di bawah tanah.
Tiap box utilitas ini berjarak 20 meter hingga 25 meter, dengan kedalaman 2,3 meter, dan lebar 1,2x1,8 meter.
Baca juga : Anies-Sandi Akan Panggil Pemilik Utilitas di Area Underpass Mampang
Menurut Riri, masih banyak perusahaan yang menanam utilitasnya di dalam saluran air. Apa yang dilakukan pihak perusahaan tersebut membuat saluran air tersumbat dan mengakibatkan banjir di Jakarta.
"Tapi dalam hal ini banyak pemilik utilitas yang istilahnya tidak mengikuti aturan. Enggak ada tuh istilahnya pemiliki utilitas boleh berada di atas saluran. Akhirnya menghambat. Karena kami tahu kondisinya seperti itu, Dinas Bina Marga membuat inovasi dengan membuat main hall utilitas," ujar Riri saat ditemui Kompas.com di Kantor Bina Marga, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2017).
Riri mengatakan, anggaran yang dikeluarkan untuk pembuatan satu kilometer box utilitas mencapai Rp 120 juta, atau per titik box utilitas menghabiskan biaya Rp 30 juta.
Dengan anggaran yang dimiliki saat ini, setiap tahun Bina Marga bisa membangun box utilitas sepanjang 30 kilometer.
Pembangunan box utilitas itu, kata Riri, selain membenahi utilitas yang ada di bawah tanah, juga agar perusahaan pemilik utilitas tak lagi merusak trotoar yang telah dibangun.
Pemilik utilitas membongkar trotoar untuk memasang utilitasnya di bawah tanah. Hal itu membuat trotoar yang telah dibangun dengan baik malah menjadi rusak.
"Fungsinya box utilitas ini pada saat kami bangun trotoar yang selama ini pembangunan baru selesai, mereka masuk, viber optic masuk akhirnya trotoar kami digali terus. Pengembaliannya tidak standar, akibatnya masyarakat terganggu," ujar Riri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.