Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengemudi Ojek Online yang Berhenti Gunakan "Fake" GPS

Kompas.com - 02/02/2018, 20:44 WIB
Ardito Ramadhan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah seorang pengemudi ojek online, Joko, mengaku pernah menggunakan aplikasi fake GPS. Meski demikian, Joko memilih berhenti menggunakan aplikasi tersebut, sejak beberapa bulan lalu.

Sebab, perusahaan tempatnya bekerja melarang penggunaan fake GPS. 

"Itu (pakai fake GPS) salah satu yang paling dilarang. Konsekuensi fatalnya bisa diputus kemitraannya oleh perusahaan," kata Joko, Jumat (2/2/2018).

Baca juga: Curhat Pengemudi Ojek Online soal Kecurangan Pakai Tuyul

Ia memilih bekerja jujur daripada meraup keuntungan dengan berbuat curang. Berbeda dengan Joko, Affan, seorang pengemudi ojek online asal Bekasi mengaku tidak pernah menggunakan fake GPS

Meski aplikasi itu memudahkannya mendapatkan penumpang, ia tetap mengedepankan kejujuran selama mencari nafkah di jalanan Ibu Kota.

"Saya tahu aplikasi dan cara kerjanya, tetapi saya tidak pernah pakai itu. Alasannya, karena enggak jujur sih, kasihan juga sama teman-teman yang sudah lama mangkal di sana," kata Affan saat ditemui di kawasan Wijaya, Jakarta Selatan. 

Ridwan, pengemudi ojek online lainnya, mempunyai pandangan berbeda soal fake GPS. Ia mengaku masih menggunakan aplikasi tersebut, namun hanya saat dibutuhkan. 

Baca juga: Hati-hati! Grab Bisa Deteksi Mitra yang Pakai Tuyul

"Misalnya kalau di Sudirman atau Kuningan dan kami mesti berputar, itu sangat jauh dan macet. Kalau kami lama, kami pasti di-cancel penumpang dan itu sangat menyakitkan buat kami," ujar Ridwan. 

Meski demikian, mereka menegaskan tidak pernah membuat order fiktif dengan aplikasi "tuyul". Menurut mereka, hal itu merupakan sebuah bentuk kecurangan.

"Kita cari uang itu seharusnya kerja. Kalau hanya duduk, lalu dapat uang itu namanya bukan kerja, tetapi curang," kata Ridwan.

Sebelumnya, polisi menangkap sejumlah oknum pengemudi taksi online yang membuat orderan fiktif atau "tuyul". Dengan membuat orderan fiktif, mereka disebut dapat memperoleh uang hingga Rp 10 juta dalam satu bulan tanpa harus mengangkut penumpang.

Kompas TV Meski Permenhub 108 berlaku Februari ini tetapi hal itu tidak serta merta langsung memberikan keuntungan bagi perusahaan taksi konvensional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com