GLODOK adalah “China Town”-nya Jakarta. Menelusuri asal-usul kawasan ini, sekitar November 1740 ketika perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mengubahnya menjadi sebuah kawasan yang penuh dengan kekerasan terhadap orang Tionghoa, setelah peristiwa pembantaian di Kota Batavia yang menyebabkan sedikitnya 10.000 orang terbunuh.
Berabad-abad menjadi kawasan perdagangan, hingga kini gang-gang dan jalan-jalan di kawasan Glodok masih terus dipadati para pedagang. Kawasan ini juga sempat menjadi area kerusuhan Mei 1998 ketika etnis Tionghoa menjadi sasaran.
Meski begitu, banyak masyarakat Tionghoa tetap memilih tinggal di sana. Menjelang Tahun Baru China, kawasan Glodok menjadi sangat meriah dan hiruk-pikuk oleh pedagang jalanan yang menjual hiasan Imlek.
Baca juga : Menjadi Model di Pagi Hari, Menjadi Medium Para Dewa di Malam Hari
Di Vihara itu saya bertemu Arifin Kurniawan, seorang pemuda keturunan Tionghoa berusia 21 tahun yang lahir dan besar di kawasan Glodok. Sebagai seorang model, “Ah Fin” memiliki penampilan yang menawan.
Arifin juga seorang artis barongsai. Dia telah menekuni seni ini sejak usia 6 tahun dan menjadi bagian dari grup Barongsai Tim Tian Liong.
"Barongsai mengajarkan Anda bagaimana cara menggerakkan dan merawat tubuh, selain bekerja dalam tim. Saya bangga menjadi bagian dari tradisi ini,” katanya.
Rumahnya yang berukuran sekitar 70 meter persegi, memuat hampir semua Tim Ceritalah dan keluarga Arifin.
Baca juga : Ucapan Imlek Pakai Gambar Ayam, Pemerintah Malaysia Minta Maaf
Kim membereskan kasur lipat di lantai agar bisa memberi ruang duduk untuk kami. Arifin lantas bertutur, “Saya tidak kuliah karena saya ingin mendapatkan uang untuk keluarga saya. Itulah arti sukses bagi saya, bisa membalas budi ke orangtua."
Arifin juga membantu lingkungannya dengan cara yang unik. Di saat-saat tertentu, dia menjadi “perantara” roh Dewa yang akan menyampaikan berkat dan memimpin sembahyang jemaah kuil Fat Cu Kung.
Pada malam hari, kuil kecil yang berada di ujung gang itu diterangi cahaya merah. Patung Dewa yang tak terhitung jumlahnya memenuhi dinding-dinding kuil. Ruangan disesaki asap dupa dan senandung alunan doa.
“Beberapa malam, saya dapat dirasuki empat atau lima roh Dewa. Untuk itu, saya membutuhkan persiapan dengan menjaga diri agar tetap suci, setidaknya selama tiga hari, seperti dengan diet vegetarian, menjaga pikiran bersih, dan bermeditasi. Tapi saya tidak berpikir seperti menjadi Tuhan, karena itu sombong...Saya hanyalah sebuah wadah," Arifin bercerita.