Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanggahan CW dan Kerabatnya soal Dugaan Penganiayaan 5 Anak Adopsi

Kompas.com - 19/03/2018, 11:50 WIB
Sherly Puspita,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus dugaan penganiayaan terhadap lima anak adopsi oleh seorang perempuan berinisial CW (60) menyeruak setelah seorang anak adopsinya yang berinisial FA (14) melarikan diri dari Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, tempat mereka menginap.

Kepada Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), FA mengaku telah mendapatkan sejumlah perlakuan kasar dari CW. Remaja itu mengatakan, ia dipukul, mendapat perlakuan diskriminatif karena mengidap penyakit kronis, hingga disekap di kamar hotel saat CW dan tiga anak adopsi lainnya berlibur ke luar negeri.

Awalnya, kasus itu ditangani penyidik Polres Jakarta Pusat. Namun, belakangan kasus itu dilimpahkan ke penyidik Subdit Renakta Polda Metro Jaya karena polisi perlu memeriksa sejumlah hotel di kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat yang selama bertahun-tahun menjadi tempat menginap CW bersama lima anak adopsinya dan seorang pekerja rumah tangga.

Karena terdapat dua locus delicti atau tempat kejadian perkara (TKP), kasus itu tak dapat diselesaikan di Polres Jakarta Pusat.

Setelah pelaporan CW, media hanya mendapatkan perkembangan penyelidikan hingga penyidikan kasus itu dari polisi. Pihak CW bungkam.

Polisi menilai, terdapat sejumlah kejanggalan pada kasus itu, mulai dari alasan CW dan lima anak adopsinya menginap di sejumlah hotel selama 10 hingga kabar dua anak adopsi mengidap penyakit kronis.

Pembelaan

Jumat (16/3/2018), penyidik memanggil CW untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan dilakukan pada pukul 13.00 hingga 21.00.

Bersama CW turut hadir Riska yang mengaku sebagai keponakan CW, pembantu CW bernama Siti, serta dua pengacara bernama Andi Alfian Nurman dan Bambang KE.

CW pada Jumat itu dalam keadaan kurang sehat. Sebelum pemeriksaan, CW mengutarakan bantahannya terhadap dugaan penganiayaan anak yang dituduhkan kepadanya. Ia bahkan menyebut laporan tersebut sebagai fitnah. Menurut dia, adopsi lima anak yang ia lakukan atas dasar kemanusiaan belaka.

Riska mengatakan tak pernah melihat perempuan yang dipanggilnya Oma tersebut melakukan penganiayaan. Ia menambahkan, CW selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya dari jasa melakukan pengobatan spiritual melalui doa.

"Oma itu juga berhubungan baik dengan orangtua lima anak adopsinya. Mereka memang menyerahkan anaknya kepada Oma," kata Riska.

Menurut Riska, FA memiliki karakter lebih aktif dibandingkan dengan anak lain. Jika terjadi pemukulan, ia menganggap CW tak berniat melakukan penganiayaan dan hal itu dilakukan hanya sebatas teguran.

Hal yang sama diungkapkan Siti, pekerja rumah tangga yang sejak tahun 2010 hidup bersama CW. Siti menyangkal pernyataan FA bahwa FA dan satu anak lainnya berinisial E diharuskan tidur di kamar mandi karena penyakit kronis.

"Mami (CW) enggak pernah nyuruh tidur di kamar mandi. Mereka tidur di kasur semua, tetapi memang anaknya suka nyuri uang Mami," kata Siti.

Menurut Siti, FA telah meninggalkan hotel sejak Juli 2017. Setelah kepergian FA, Siti dan CW langsung mencari di sejumlah lokasi.

"Saya dan Mami langsung cari. Kami juga ke Bu Yohana (orang yang pertama kali ditemui FA setelah kabur) di Kramat, tetapi dia tidak mempertemukan kami. Baru Januari 2018 kami bertemu FA lagi walaupun sebentar. Kami kaget tiba-tiba Mami dilaporkan," kata Siti.

Hingga kini, kasus itu masih terus ditelusuri penyidik Polda Metro Jaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com