Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Lokbin: Saya Minta Pak Sandi Segera Tertibkan PKL di Kota Tua

Kompas.com - 03/04/2018, 18:47 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang di Lokasi Binaan (Lokbin) Taman Kota Intan meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang menjamur di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Waryani, pedagang nasi goreng di Lokbin Kota Intan, mengatakan bahwa PKL yang berdagang di kawasan Kota Tua tersebut menjadi penyebab sepinya Lokbin Taman Kota Intan.

"Saya minta Pak Sandi segera ditertibkan PKL-PKL di Kota Tua. Semua dibawa balik ke Lokbin Kota Intan buat ngumpul kembali di sini," kata Waryani saat ditemui Kompas.com, Selasa (3/4/2018).

Baca juga : Sandiaga Sedih, PKL Lokbin Cengkeh Tak Lagi Antusias Mendengarkannya

Waryani mengatakan, banyak PKL di Kota Tua yang dulunya juga berdagang di Lokbin Kota Intan. Namun, mereka memilih kembali berdagang di Kota Tua karena suasana lokbin yang sepi.

Ajeng, pedagang minuman, mengeluhkan tidak adanya ketegasan dari Pemerintah Provinsi DKI dalam menertibkan PKL di Kota Tua. Menurut dia, hal itu membuat keberadaan mereka semakin menjamur.

"Liat saja sekarang nanti habis Magrib pasti banyak PKL di jalanan. Kalau dulu baru sedikit muncul saja langsung diangkut, sekarang kayak dibiarkan saja," kata Ajeng.

Ajeng menilai, menjamurnya PKL di Kota Tua membuat para wisatawan enggan datang ke Lokbin Kota Intan. "Semuanya sudah ketahan di sana, ngapain mereka jauh-jauh ke sini," ujar dia.

Abdullah, pedagang lainnya, menilai bahwa menjamurnya PKL di Kota Tua tak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mengizinkan para PKL berdagang di jalanan Tanah Abang. "Ya itu akhirnya PKL merasa aman enggak akan digusur gara-gara Tanah Abang," ucap Abdullah.

Baca juga : Pedagang: Lokbin Pasar Minggu Murah Bayarnya, tapi Enggak Ada yang Beli

Seorang petugas keamanan menyampaikan, tingkat okupansi pedagang di lokbin hanya mencapai angka 20 persen. Banyak di antara pedagang yang memilih kembali berjualan di kawasan Kota Tua sebagai PKL.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, jumlah kios yang beroperasi di Lokbin Kota Intan memang bisa dihitung dengan jari. Menurut para pedagang, lokasi itu mulai sepi sejak awal 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com