Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Pengojek Sepeda Ontel Tatkala Menjamurnya Ojek "Online"...

Kompas.com - 28/05/2018, 14:03 WIB
Nursita Sari,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengojek sepeda ontel di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, mengaku penghasilan mereka menurun drastis sejak menjamurnya ojek online.

Rahmat (45), seorang pengojek sepeda ontel menyampaikan, penghasilannya bisa mencapai Rp 100.000 setiap harinya sebelum banyak ojek online beroperasi. Namun, uang sejumlah itu kini sangat sulit didapatnya.

"Dulu sebelum ada ojek online, bisa dapat (penghasilan) Rp 100.000 lebih, sekarang paling Rp 30.000, gocap (Rp 50.000) udah paling gede," ujar Rahmat, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (28/5/2018).

Pengojek sepeda ontel lainnya, Agus (55), merasakan hal yang sama. Dulu, ia bisa mengantongi uang Rp 40.000 hingga pukul 09.00 WIB.

Baca juga: Cerita Udin Bertahan Jadi Ojek Sepeda Ontel di Tengah Serbuan Ojek Online

Namun, kini Agus hanya bisa mengantongi paling banyak Rp 50.000 dalam satu hari. Untuk menambah penghasilan, Agus pun sering bekerja sebagai kuli bangunan.

"Kalau ada kerja lain, ya saya lari ke proyek. Itu selesai, daripada nganggur, ya, balik lagi ke sini (ngojek)," kata Agus.

Sementara itu, Nuridin (56) mengaku banyak kehilangan pelanggan yang biasa menggunakan jasanya sejak kehadiran ojek online.

Para pelanggannya itu kini beralih menggunakan ojek online karena lebih cepat dan murah.

"Penghasilan menurun banyak sejak ojek online mulai muncul. Langganan saya dari Stasiun Beos (Jakarta Kota) mulai hilang," ucap Nuridin.

Meski penghasilan menurun banyak, mereka tetap bersyukur. Banyak karyawan atau perusahaan di sekitar sana yang memberi bantuan untuk mereka.

Baca juga: Libur Tahun Baru, Penyewa Sepeda Ontel Kota Tua Untung 3 Kali Lipat

Salah satunya seragam batik biru yang mereka pakai. Seragam itu merupakan hadiah tunjangan hari raya (THR).

Tetap bertahan

Nuridin sebenarnya ingin mencari pekerjaan lain. Namun, ia tak punya pilihan, mengingat usia yang mulai menua dan tak banyak kemampuan yang dimiliki.

Meskipun penghasilan menurun, ia tetap bertahan. "Saking enggak ada kerjaan yang lain lagi, ya bertahan," tutur dia.

Acim (45) juga tetap bertahan sebagai pengojek sepeda ontel. Selain karena sulit mendapat pekerjaan baru, ia juga ingin tetap menjaga eksistensi ojek sepeda ontel sebagai bagian dari budaya kawasan Kota Tua.

Baca juga: Parade Sepeda Ontel Kenangan Zaman Perjuangan

"Ini bertahan untuk melestarikan budaya Kota Tua, masih senang, biar pun sekarang udah tersaingi sama ojek online," kata Acim.

Pengojek sepeda ontel lainnya, Tasdik (47), ingin berhenti ngojek dan beralih membuka usaha. Namun, ia belum punya cukup modal.

Ia bertekad untuk mengumpulkan modal terlebih dahulu untuk berwirausaha. "Ya, inginnya sih ganti (pekerjaan), nyari modal dulu. Sekarang bertahan dulu," ujar Tasdik.

Kompas TV Kehabisan ide untuk ngabuburit? Yuk, ke Kota Tua dan naik sepeda ontel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com