Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Pabrik Bus dan Truk Scania di Sodertalje, Swedia

Kompas.com - 26/07/2018, 14:48 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

NAMA bus Scania mulai melambung di Jakarta tahun 2014. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat itu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta mengatakan, dia ingin mengganti bus-bus transjakarta yang sering mogok bahkan terbakar di jalanan saat tengah beroperasi dengan bus-bus Scania buatan Swedia.

"Scania memang sudah ratusan tahun bikin truk dan bus. Kan ini ada standarnya. Naik ini bus ini enggak beda sama naik Land Cruiser," kata Ahok pada 8 Mei 2104 ketika masih mempertimbangkan akan membeli Scania atau tidak untuk bus transjakarta.

Ahok tidak hanya berwacana. Tahun-tahun berikutnya, ratusan bus Scania didatangkan. Bus-bus transjakarta produksi China yang rentan bermasalah secara bertahap diganti dengan Scania.

Di kalangan orang awam di Indonesia, bus atau truk Scania mungkin tidak begitu familiar.

Namun Scania merupakan salah satu produk truk dan bus ternama di dunia. Seperti kata Ahok, perusahaan pembuatnya, Scania AB, telah memiliki sejarah panjang, tepatnya 127 tahun.

Di Eropa, Scania bersaing ketat dengan Mercedes, Volvo, dan MAN untuk truk berbobot di atas 16 ton. Tahun lalu di pasar Eropa, pangsa pasar Scania 16,5 persen. Sedikit di atasnya ada Volvo dan di posisi pertama bertengger Mercedes dengan pangsa pasar 20 persen.

Akhir April lalu, Kompas.com berkesempatan menengok salah pabrik perakitan sasis Scania di Sodertalje, di luar Ibu Kota Swedia, Stockholm. Scania berawal dari Sodertalje ini.

Baca juga: Saat Scania Pamer Dapur dan Produknya kepada Konsumen Indonesia

Kunjungan tersebut atas undangan Scania dan distributornya di Indonesia, United Tractors.

Selain di Swedia, Scania juga punya fasilitas produksi di Perancis, Belanda, India, Argentina, Brasil, Polandia, dan Rusia. Pabrik perakitan tersebar di 10 negara di Afrika, Asia, dan Eropa.

Kompas.com datang bersama lima wartawan lain dari Jakarta serta sejumlah kontraktor tambang di Tanah Air yang merupakan pelanggan truk Scania.

Pabrik jadi "destinasi wisata"

Suhu sekitar 10 derajat Celsius menyambut kami di kantor Scania di Sodertalje hari itu.

Kami diajak untuk melihat museum yang berisi koleksi truk dan bus Scania model lama dan sekilas sejarah perusahaan. Setelah itu kami dan rombongan para pelanggan Scania diperkenalkan dengan sejumlah produk baru Scania. Dari sana, kami dibawa ke area pabrik perakitan sasis.

Mesin Scania yang akan dipasang di rangka sasis truk atau bus Scania.Kompas.com/Egidius Patnistik Mesin Scania yang akan dipasang di rangka sasis truk atau bus Scania.
Pabrik Scania di Sodertalje itu tampaknya telah menjadi semacam "destinasi wisata". Tahun lalu misalnya, jumlah pengunjungnya tercatat 8.000 orang.

Saat kami berkunjung, di belakang kami ada sejumlah siswa lokal yang juga tur ke pabrik itu.

"Kami rutin mendapat kunjungan, antara lain dari sekolah-sekolah atau kampus," kata Patrik Rask, guide master Scania yang mendampingi kami dalam tur itu.

Di koridor setelah pintu masuk, sebelum memasuki area perakitan, terdapat sekilas data tentang pabrik. Di situ tertera, pabrik luasnya 95.000 meter persegi itu punya pekerja 1.200 orang. Para pekerja berasal dari 50 suku bangsa di dunia dan memiliki 23 bahasa ibu yang berbeda.

"Mereka semua warga Swedia," kata Mathias Carlbaum, Executive Vice President of Commercial Operaton Scania saat ditanya tentang status kewarganegaraan para pekerja itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com