Namun, cerita hidup Arie tak seindah kesuksesan lagu Poco-poco. Beberapa tahun setelah poco-poco format house music dirilis, Arie divonis menderita skizofrenia.
"Setelah album yg house music itu dia mulai terlihat ketakutan, seperti orang paranoid. Dengan ciri-ciri itu kami bawa ke rumah sakit dan dokter bilang itu skizofrenia," kata Ferry.
Seiring kondisi kejiwaan Arie yang memburuk, nama Nanaku Group mulai meredup. Lagu Poco-poco pun dibajak di sana-sini dan menyebabkan mereka kehilangan pendapatan dari royalti.
Arie juga ditinggalkan oleh anak dan istrinya.
"Dengan sakitnya ini terus istri dan anaknya memilih untuk menghindar. Mungkin dengan kondisi seperti itu dianggap berbahaya juga," kata Ferry.
Hak royalti lagu-lagu ciptaan Arie dipegang atas nama istrinya. Karena itu, keluarga Sapulette tak lagi menerima hasil manis dari lagu Poco-poco.
"Buat istri dan anaknya saja yang punya royalti. Enggak pernah menerima, itu buat mereka. Sedangkan perawatan Pak Arie itu semua dari keluarga, murni dari kantong sendiri," kata Ferry.
Kini, Arie hanya tinggal bersama Ferry dan ayahnya, Zefnath Sapulette, di sebuah rumah sederhana di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pihak keluarga sempat membawa Arie untuk dirawat di rumah sakit jiwa namun biaya menjadi kendala.
Ferry berharap momen pemecahan rekor dunia tarian dengan diiringi lagu Poco-poco pada Minggu (5/8/2018) lalu bisa membuka mata pemerintah dan masyarakat terkait kondisi Arie.
"Orang yang 65.000 itu enggak tahu kondisi dia kayak apa. Jadi kalau bisa pemerintah ada perhatian buat dia, minimal bisa berobat," kata Ferry.
Baca juga: 65.000 Orang Menari Poco-poco, Rekor Dunia Belum Resmi Diraih
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.