JAKARTA, KOMPAS.com - Meski hidup dalam keterbatasan, penyandang disabilitas juga ada yang terjun bekerja atau berkarya.
Namun, tak jarang mereka kesulitan dalam bekerja dan berkarya dengan kesetaraan yang sama.
Hal inilah yang menggerakkan hati Ratnawati untuk mendirikan Precious One, sebuah tempat usaha kerajinan tangan yang mempekerjakan penyandang disabilitas.
Berbekal keahlian membuat jepit rambut, ia berteman dan mengajak seorang penyandang tunarungu 14 tahun lalu dan memulai usaha tersebut.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah penyandang disabilitas mengetahui tentang Precious One dari mulut ke mulut dan ikut bergabung.
Baca juga: Trotoar Jakarta Belum Ramah bagi Penyandang Disabilitas
Saat itu pula, Ratna mengambil keputusan besar untuk serius membantu mengurangi angka pengangguran bagi penyandang disabilitas.
"Berjalannya waktu saya berpikir ini gimana kalau saya enggak serius, sudah berapa orang bergabung. Ketika saya kerja sama orang saya dapat gaji, tapi hari itu ketika saya ambil keputusan, saya harus pikir kehidupan mereka," ujar Ratna, ketika ditemui Kompas.com, di Workshop Precious One, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Nazar saat sakit
Ada cerita lain dibalik berdirinya Precious One. Sekitar 17 tahun yang lalu pada 2001, Ratnawati menderita penyakit hepatitis A yang cukup parah.
Kala itu, ia bahkan tak bisa bekerja dan melakukan apa-apa. Dari situ Ratna mulai merasa hidupnya tak berguna.
"Ketika sakit saya merasa hidup saya enggak berguna, saya berpikir gimana teman-teman disabilitas lain, punya mata telinga nempel, tapi enggak bisa dipakai. Singkat cerita, saya bilang sama Tuhan, saya bilang mau terjun di dunia disabilitas," ujar Ratna.
Padahal, dalam nazarnya tersebut, ia hanya ingin mengenal dan berteman dengan penyandang disabilitas.
Namun, dari pertemanan itu, Ratna terketuk mata hatinya untuk bisa membantu penyandang disabilitas.
"Mau mengenal dan berteman saja. Tapi, setelah berteman, mereka curhat enggak punya kerja ditolak sana sini, membuat saya berpikir lagi ternyata enggak bisa ya cuma berteman, saya harus bikin sesuatu," kata wanita berusia 44 tahun ini.
Baca juga: Kisah Cinta Sejati Soeharto, Mantan Atlet Disabilitas yang Tetap Setia Merawat Istri
"Dengan kondisi teman-teman disabilitas yang seperti ini, apa yang saya lakukan hanya sebagian kecil untuk mengurangi pengangguran disabilitas," tutur dia.