Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Revitalisasi TIM Tidak Libatkan Dewan Kesenian Jakarta

Kompas.com - 20/08/2018, 20:50 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mengaku tidak dilibatkan dalam rencana merevitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM).

Pemprov DKI membentuk tim Revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki untuk mengkoordinasi pelaksanaan revitalisasi TIM.

“Memang waktu awal revitalisasi kami tidak diundang, tapi kemudian ada satu pertemuan besar membicarakan revitalisasi fisik,” ujar Ketua DKJ Irawan Karseno ketika dihubungi, Senin (20/8/2018).

Irawan mengatakan pihaknya sebenarnya mendukung upaya revitalisasi itu. Hanya saja ia berharap bantuan Pemprov DKI tidak hanya pada revitalisasi fisik, namun juga pada penguatan program-program kesenian dan kelembagaan.

Baca juga: Revitalisasi Ulang TIM untuk Kembalikan Fungsinya seperti Zaman Ali Sadikin

"Anggaran kami tetap hanya Rp 5 miliar," ujar dia.

DKJ juga tidak dilibatkan dalam pembentukan Tim Revitalisasi TIM. Padahal Irawan berharap Pemprov DKI memperkuat lembaga yang sudah ada alih-alih membentuk tim baru. Sebab di Pemprov DKI telah ada pula Unit Pengelola Teknis (UPT) yang mengelola Taman Ismail Marzuki, dan Akademi Jakarta yang memilih anggota Dewan Kesenian Jakarta. Tim tersebut nantinya bertugas merestrukturisasi DKJ dan Akademi Jakarta.

Lagipula, kata dia, DKJ juga memiliki peran konsultatif dan bisa memberi masukan kepada Pemprov DKI terkait revitalisasi TIM. Irawan berharap keberadaan tim akan memperkuat lembaga yang sudah ada.

Tim Revitalisasi TIM diketuai oleh Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta. Di dalam tim tersebut ada nama sejumlah seniman sebagai anggota, yakni Arie Batubara, Arsono, Hidayat LPD, Yusuf Susilo Hartono, dan Mohamad Chozin.

Rencana revitalisasi Taman Ismail Marzuki telah bergulir sejak lama. Pada era Gubernur Djarot Saiful Hidayat, tepatnya Oktober 2017 lalu, TIM juga telah direvitalisasi. Namun Irawan menuturkan masih ada banyak hal yang perlu dikerjakan untuk mengembalikan kejayaan TIM.

"Waktu zaman Pak Jokowi itu diperhitungkan sekitar Rp 600 miliar (biaya revitalisasi)," ujar Irawan.

Pekerjaan revitalisasi yang dilakukan di era Djarot meliputi perbaikan Gedung Teater Jakarta, Gedung Graha Bakti Budaya, serta Plaza Teater Jakarta.

Masterplan revitalisasi TIM selama ini mengacu pada konsep yang dibuat oleh arsitek Andramatin ketika menang sayembara pada 2007 lalu. Masterplan itu kini diajukan untuk dikaji kembali dan disesuaikan dengan kondisi terkini.

Pemprov DKI berencana menganggarkan Rp 173 juta untuk pengkajian ulang pada APBD Perubahan 2018. Sedangkan untuk honor Tim Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, anggarannya Rp 273 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com