Agar pembelian berlangsung tertib, diberlakukan sistem antrean. Jumlah masakan yang bisa dibeli untuk satu nomor antrean juga dibatasi. Satu nomor antrean dibatasi hanya boleh beli empat porsi.
Sebelum ramai pembeli, jumlah porsi yang dibeli untuk satu orang bisa mencapai 20 porsi.
Kini mereka juga tidak lagi melayani pesanan via telepon. Cut Moi mengatakan, sejak keberadaan gerobak Singkawang viral, banyak permintaan pesanan yang masuk via telepon. Namun, karena begitu ramai, Cut Moi tak lagi melayani pesanan via telepon.
Dia mengatakan, ada ratusan panggilan telepon pesanan yang tak pernah diangkat oleh dirinya. Nomor telepon yang sebelumnya terpampang di gerobak, telah dihapus.
"Pusing saya, banyak telepon-telepon. Enggak ada diangkat, biarin aja," ujar Cut Moi.
Berdiri selama 5 jam
Ramainya pembeli membuat Cut Moi dan Amos harus berdiri selama lima jam untuk melayani pelanggan. Tak ada waktu bagi keduanya untuk duduk atau sekedar beristirahat sejenak.
Sebelum lapak dibuka, ada belasan orang yang telah menunggu. Pembeli terus berdatangan hingga malam hari bahkan ketika nasi goreng atau masakan lain telah habis.
Meski beridir lama, Cut Moi menilai hal tersebut biasa saja. Dia mengaku senang melakukannya karena sudah bagian dari hidupnya.
"He he he..., biasa aja sih. Capek ada, tapi enggak masalah," kata Cut Moi.
Cut Moi bersama Amos memiliki anak-anak yang cukup sering membantu mereka berjualan ketika malam hari.