Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KRL Jakarta, dari Era Belanda hingga Hilangkan Tradisi Penumpang di Atap

Kompas.com - 28/09/2018, 13:48 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semenjak Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dan Staat Spoorwagen (SS) mengembangkan jalur kereta api di Pulau Jawa, perkembangan industri kereta api mulai ramai dan berkembang dengan baik.

Jalur kereta api mulai dibangun dan tersambung menghubungkan satu wilayah ke wilayah lain. Berawal untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan, industri ini bertransformasi untuk mengangkut manusia.

Kereta api dinilai memiliki keuntungan memangkas waktu yang lebih cepat daripada kendaraan lainnya. Bermula dari lokomotif uap kemudian dikembangkan menjadi lokomotif tenaga diesel dan listrik.

Lokomotif listrik pertama

Kereta api dengan lokomotif listrik pertama buatan Belanda mulai beroperasi di Jakarta pada 1925. Jenis lokomotif listrik digunakan agar pengoperasiannya lebih efisien.

Sebelumnya, jaringan rel elektrik mulai dibangun mulai 1923. Pembangunan ini untuk memberikan layanan pertama kereta listrik pertama waktu itu.

Dua tahun setelahnya, kereta untuk jalur ini bisa mencoba melintasi rel tersebut. Perusahaan yang mengelola perkeretaapian ini adalah Electrische Staats Spoorwegen (ESS). Mereka mendatangkan lokomotif khusus elektrik dari Perusahaan Werkspoor NV dari Belanda.

Lokomotif berjenis ESS 3200 dan ESS 3201 merupakan dua jenis kereta untuk melayani jalur listrik ini. Jalur Batavia (Jakarta) menuju Buitenzorg (Bogor) menjadi pelayanan dari kereta ini.

Karena memiliki bentuk yang unik dan lokomotif listrik pertama, lokomotif ini mendapat julukan sebagai Lokomotif Bonbon atau Djokotop.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Berdirinya DKARI dan Hari Kereta Api

Saat ini, Lokomotif Djokotop dipelihara di Balai Yasa Manggarai, Jakarta Selatan, dan hanya difungsikan untuk kegiatan tertentu.

Kini lokomotif dan dua kereta ini direncanakan akan dijadikan kereta wisata. Namun, kendalanya adalah masalah pada gearbox karena umur yang sudah tua dan tidak dapat diganti dengan gearbox baru.

Sistem perkeretaapian pada 1925 ini menjadi cikal-bakal perkembangan KRL hingga saat ini. Sejak 1925, elektrifikasi jalur kereta api mulai dibangun di Jabodetabek.

Berganti ke KRL Jepang

Setelah memberikan pelayanan selama puluhan tahun, pihak PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) memperbarui lokomotif buatan Belanda yang telah "tua". Perusahaan mendatangkan lokomotif dari Jepang pada era 1970-an.

Harian Kompas edisi 16 Mei 1972 menuliskan, sebanyak 10 set kereta listrik akan disiapkan untuk memenuhi kebutuhan kota Jakarta. Kereta tersebut mampu membawa sekitar 100 orang.

Pembaruan ini adalah untuk mengatasi lokomotif listrik buatan Belanda yang telah usang dengan memberikan penyegaran lokomotif baru. Kereta berjenis ini melayani daerah Jakarta, Tanjung Priok, Kemayoran, Pasar Senenm Jatinegara, Manggarai, Gambir, dan Tanah Abang.

Lokomotif listrik Jepang akhirnya memulai debutnya untuk mengantarkan penumpang untuk area Jabodetabek.

Baca juga: Prameks, Dulu dan Kini...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com