Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Mengelola Wilayah Udara NKRI

Kompas.com - 09/10/2018, 09:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Beberapa alasan yang selalu muncul adalah bahwa kita memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk itu, karena selama ini dirasakan sekali bahwa Indonesia masih belum mampu dalam dukungan dana serta dari segi kualitas SDM yang dimiliki.   

Baca juga: Tantowi: Pemerintah Perlu Bicarakan Masalah Pengaturan Wilayah Udara dengan Singapura

Sebuah argumen yang sangat merefleksikan rasa rendah diri atau inferiority complex. Untuk diketahui bahwa  beberapa tahun lalu Indonesia sudah dinilai oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) sebagai negara yang berhasil membangun dan memiliki standar keselamatan terbang diatas rata-rata dunia.   

Di samping itu, Indonesia AirNav, pengelola tunggal Air Traffic Control di negeri ini sudah berulang kali menyatakan tentang kesanggupan Indonesia AirNav dalam mengelola wilayah udara nasional NKRI pada umumnya dan juga termasuk kawasan udara di perairan selat Malaka tersebut. 

Dengan demikian, sebenarnya sudah sulit  mencari-cari lagi alasan untuk duduk nyaman memberikan keleluasaan bagi negara lain yang relatif "sangat" kecil untuk mengelola wilayah udara NKRI di perairan selat Malaka.   

Dalam konteks ini seharusnya, Indonesia sebagai sebuah negara besar selalu berikhtiar untuk dapat membantu negara tetangga terutama negara tetangga yang merupakan negara kecil seperti Singapura yang memliki banyak keterbatasan terutama dalam hal luas wilayah udaranya.

Baca juga: TNI AU Akui Wilayah Udara Indonesia Rawan Dimasuki Pesawat Militer Asing

Masalah hubungannya dengan kedaulatan negara di udara atau “air sovereignty” sengaja tidak dibahas di sini, karena diskusi tentang hal tersebut memerlukan latar belakang pengetahuan yang luas mengenai keudaraan pada umumnya.

Di tengan-tengah lingkungan yang sebagian besar pemahaman tentang keudaraannya agak sempit, yang hanya melihat masalah keudaraan hanya semata terbatas dalam masalah "slot penerbangan" belaka, maka diskusi tentang Air Sovereignty akan menjadi sia-sia dan mengarah kepada debat kusir yang tidak jelas arahnya.

Masalah ini adalah masalah yang juga jauh dari sekadar masalah International Aviation Safety, karena masalah ini adalah semata masalah "bilateral" belaka, seperti masalah antara Kamboja dengan Thailand. Karena Kamboja terlibat dalam perang yang berkepanjangan, maka wilayah udaranya diserahkan oleh ICAO kepada otoritas penerbangan Thailand.

Setelah perang usai dan  mereka berhasil membangun kemampuan Kamboja dapat segera mengambil alih wilayah udara kedaulatannya untuk dikelola sendiri "hanya" dengan penyelesaian bilateral dengan Thailand.    

Baca juga: Malaysia Airlines Disebut Putari Wilayah Udara Indonesia

Dalam hal Indonesia, masalah ini adalah dengan negara Singapura. Syukur alhamdulilah, Presiden Republik Indonesia pun telah mengeluarkan instruksi untuk segera menyelesaikan masalah ini. Pertanyaan, mengapa belum terlihat juga kemajuan dalam mengambil langkah mengenai masalah ini. 

(Pernyataan di atas dibantah oleh Kedutaan Besar Singapura di Jakarta seperti ditulis di bagian akhir tulisan ini, red).

Mudah-mudahan bukan karena bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya berasal dari ras melayu seperti dikatakan oleh Mahatir Muhamad, memiliki kemampuan tidak kalah dari ras lainnya, akan tetapi terjebak dalam "kemalasan" yang antara lain sangat suka dengan “bila bisa suruh orang lain mengerjakan, kenapa kita harus susah payah mengerjakannya sendiri?”. 

Wilayah Udara kita adalah sebuah sumber daya alam yang sesuai dengan amanah konstitusi harus dikuasai negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Di sinilah ujian bagi kredibilitas moral kebangsaan dan harga diri serta martabat sebuah negara besar sedang dipertaruhkan.

Catatan:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com