Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apresiasi Pembatalan, YLKI Sebut KRL Premium Diskriminatif

Kompas.com - 24/12/2018, 07:28 WIB
Ardito Ramadhan,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengapresiasi keputusan PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) yang membatalkan rencana pengoperasian KRL Premium.

Ketua YLKI Tulus Abadi mengatakan, pembatalan tersebut meupakan bukti bahwa PT KCI mendengarkan aspirasi masyarakat.

"YLKI memberikan apresiasi atas pembatalan tersebut. Itu artinya manajemen KAI/KCI masih mendengarkan aspirasi publik," kata Tulus dalam keterangan tertulis, Senin (24/12/2018).

Baca juga: PT KCI Akhirnya Batalkan Pengoperasian KRL Premium

Tulus menuturkan, YLKI mendukung upaya PT KCI dalam memberikan layanan yang bersifat prima dan universal.

Menurut Tulus, pengoperasian KRL Premium bukan bentuk pelayanan universal, melainkan diskriminatif.

"Adanya pembedaan kelas KRL, yang tidak dikenal dalam manajemen KRL di dunia mana pun," ujar Tulus.

Baca juga: KRL Premium Masih Dalam Tahap Kajian dan Perencanaan

Layanan yang universal, kata Tulus, diharapkan dapat membuat pengguna kendaraan pribadi beralih ke KRL sehingga mengurangi kemacetan dan polusi udara.

Lebih lanjut, YLKI meminta pemerintah tidak membebani PT KAI dengan proyek infrastruktur yang tidak sejalan dengan bussines plan PT KAI.

YLKI juga meminta pemerintah secara konsisten mencairkan public service obligation (PSO) dan membayarkan dana infrastructure maintenance operation (IMO) kepada PT KAI.

Baca juga: Ini Saran YLKI soal KRL Premium

"Agar pelayanan PT KAI kepada konsumen tidak terganggu dan tidak mengalami downgrade akibat terganggunya financial cash flow perusahaan," kata dia.  

Sebelumnya, PT KCI membatalkan rencana pengoperasian KRL Premium setelah berkonsultasi dengan sejumlah pihak.

Awalnya, KRL Premium ditargetkan dapat beroperasi pada pertengahan 2019.

Kereta premium akan menggunakan kereta yang sudah ada dan dengan tarif yang lebih mahal. Bedanya dengan KRL biasa, rangkaian KRL premium punya tempat duduk yang berbeda dan tidak akan berhenti di tiap stasiun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com