DEPOK, KOMPAS.com - Waras (54) tengah berjalan sendirian sambil memikul cangkul, tempat sampah, dan perlengkapan berkebun lainnya, Jumat (8/2/2019).
Ia tampak berkeliling menyusuri perumahan-perumahan warga sambil berteriak “potong rumput” dan “perbaikan selokan”.
Selama dua jam mengelilingi perumahan warga, ia belum mendapat orderan atau panggilan.
Setelah berkeliling, ia pun menyempatkan diri untuk istirahat di warung kopi depan kompleks Perumahan Permai Sukmajaya, Depok.
Waras sudah menjadi tukang kebun keliling selama 30 tahun sejak umurnya masih 24.
Baca juga: Kisah Soleh, 15 Tahun Keliling Jakarta Tawarkan Jasa Solder Panci
Ia terus menekuni profesinya dengan sabar dan ikhlas, walau usahanya berkeliling perumahan tidak selalu membuahkan hasil.
“Saya mah tiap hari keliling terus, tapi kan untung-untungan, Mbak. Dapat orderan mah syukur, enggak dapat mah ya sudah ikhlas saja, enggak mungkin dipaksain juga,” ucap Waras.
Dalam sehari, Waras paling banyak mendapatkan pelanggan satu orang untuk membersihkan kebun rumahnya.
“Sekarang sudah susah, banyak saingan, harga juga bersaing. Sekarang bagaimana pelanggan puas dengan hasil kerja kita," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Ia mengakui pendapatannya selalu naik turun tiap hari, tergantung ukuran pekarangan rumah warga yang dia rapikan.
Waras mematok harga paling rendah Rp 100.000 untuk pekarangan standar dan yang paling tinggi Rp 150.000 untuk pekarangan luas.
“Ya penghasilan yang saya dapat juga bisa saya pakai sampai tiga hari, Mbak. Orang sehari dapat orderan, eh dua hari keliling enggak ada yang order lagi,” ujar Waras.
Ia mengatakan, banyak warga yang merasa iba kepadanya dan akhirnya melebihkan uang harga membersihkan kebun tersebut.
"Mungkin karena saya suka senyum-senyum kali ya, terus memang suka cerita-cerita kalau lagi berkebun di rumah warga,” ujar Waras.
Pria asal Cirebon tersebut mengatakan, dari puluhan tahun menekuni pekerjaan ini, banyak pengalaman yang ia dapatkan. Salah satunya ketika disuruh membersihkan rumah kosong warga.
"Rumah tersebut sudah seperti hutan, rupanya ada ular pas di belakang saya. Tentu saya terkejut, tapi lucunya ular tersebut cuma melihat saja tanpa ada pergerakan untuk mematok saya. Jaraknya hanya satu meter dari saya," ujar Waras.
Ia mengaku selalu berpikir bagaimana hasil pekerjaannya bisa mencukupi kebutuhan anak dan istri.
Baca juga: Cerita Agus Ikut SBY Keliling Pulau Jawa Hanya untuk Cukur Rambut
Waras hanya ingin anak-anaknya menuntut ilmu setinggi mungkin dan tidak seperti dirinya yang hanya bersekolah di bangku Sekolah Dasar.
Dia memiliki lima anak yang harus dibiayai setiap hari. Dua anaknya sudah lulus sekolah, sementara tiga yang lain belum bersekolah.
“Saya ingin anak-anak saya sekolah tinggi, jangan seperti saya yang cuma tamatan SD dan buta huruf,” ucap Waras.
Ia ingin anak-anaknya dapat menggapai cita-citanya walau mungkin hanya tamatan SMA.
“Hidup saya untuk keluarga. Kalau anak saya sukses, saya pun ikut bahagia,” tutur Waras.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.