JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Daan Mogot atau Pesakih di Jakarta Barat kecewa dengan kualitas air PAM yang buruk di hunian mereka.
Hal itu antara lain dikemukakan Siti Khodijah (43), warga yang tinggal di Lantai 1 Blok B.
"Susah, air tetap bayar cuma gak bisa diminum, jadi tetap beli galon. Sekali beli Rp 7.000, sebulan berapa," kata Siti, Jumat (22/3/2019).
Ia menceritakan, secara visual air tampak cukup bening. Namun begitu kena tangan, ada tekstur licin yang ditinggalkan air tersebut.
Baca juga: Tunggakan Penghuni Rusunawa Pesakih Capai Rp 1,3 Miliar
"Jadi kalau nyuci beras pertama bisa pakai air itu tapi kalau pas masaknya harus pakai air galon, kalau enggak berasnya jadi merah," kata Siti.
Senada dengan Siti, Ani (50) juga mengeluhkan hal yang sama di Rusunawa yang diresmikan tahun 2013 tersebut.
"Bau kaporitnya itu lho, kerasa banget," ujar Ani.
Ia menyebutkan, bagi orang-orang yang baru merasakan mandi dengan air PAM tersebut biasanya akan mengalami gatal-gatal.
Ngatiyem (53) mengeluhkan besaran biaya yang harus dibayar para penghuni sementara air tersebut tidak bisa dipakai untuk masak atau minum.
"Kalau harga 10 kubik pertama sih dapat subsidi, tapi pemakaian selanjutnya itu yang rada berat, per kubiknya Rp 7.450," kata dia.
Ia menyebutkan, rata-rata warga di sana menghabiskan 15 hingga 25 kubik air PAM per bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.