TANGERANG, KOMPAS.com - Setelah viral karena berhasil meretas situs National Aeronautics and Space Administration (NASA), Putra Aji Adhari, remaja 15 tahun ini mengaku banyak teman-teman yang meminta untuk diajari meretas.
Namun, kebanyakan teman-teman Putra meminta diajarkan meretas akun media sosial orang lain, bukan melakukan penetration testing seperti yang biasa dilakukannya.
"Kadang mereka minta ngehack yang enggak wajar begitu, ada yang maunya hack Facebook mantan, sebenarnya itu lebih sulit," ujar Putra saat ditemui Kompas.com di kediamannya yang berada di Cipadu, Larangan, Tangerang pada Minggu (7/4/2019).
Baca juga: Putra, Remaja Peretas Situs NASA yang Menolak Jadi Black Hat Hacker
Di kediaman Putra, tampak sertifikat-sertifikat penghargaan yang dibingkai dan dipajak di atas komputer tempat ia biasa melakukan aktivitas sebagai bug hunter.
Sertifikat penghargaan itu diterima Putra saat menemukan celah di server berbagai instansi, baik milik pemerintah maupun swasta.
Dari pemerintah, ia mendapat penghargaan dari Badan Siber dan Sandi Negara, tempat ia biasa melaporkan temuannya tersebut.
Sementara itu, dari instansi swasta, ia mendapat penghargaan dari berbagai perusahaan, seperti Tiki, Times Indonesia, Redtech, dan Tokopedia.
Putra juga mengatakan, meretas akun media sosial seseorang jauh lebih sulit dibanding meretas situs-situ milik pemerintahan.
Bahkan, kata Putra, tingkat kesulitannya hampir sama dengan meretas situs NASA.
Putra menyebutkan, untuk meretas sebuah akun media sosial, seseorang harus mampu membobol firewall atau pengamanan database dari perusahaan besar, seperti Facebook, Instagram, dan lainnya yang diprakarsai oleh developer-developer tingkat dunia.
Baca juga: Putra, Remaja Peretas Situs NASA Sering Cek Kelemahan Situs Pemerintah
Oleh karena itu, yang biasa dilakukan seseorang apabila ingin membajak akun media sosial biasanya bukan menggunakan metode hacking melainkan metode phising.
Remaja yang baru duduk di bangku kelas dua madrasah ini mengutarakan, teknik phising dilakukan dengan cara membuat sebuah situs dengan iming-iming hadiah sehingga seseorang memasukan nama akun beserta password dari media sosial mereka ke website tersebut.
Data tersebut kemudian terkirim ke para pelaku untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan mereka.
"Jadi phising ini lebih ke social engineering atau menipulah," ujar Putra.
Ia juga mengatakan, phising inilah yang banyak dilakukan orang-orang untuk membacak akun media sosial artis.
Baca juga: Selain Situs NASA, Putra Juga Pernah Meretas Situs KPU