Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sejak Ada MRT, Saya Malah Makin Blangsak!"

Kompas.com - 10/04/2019, 11:01 WIB
Vitorio Mantalean,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak semua pihak ketiban pulung setelah beroperasinya moda raya terpadu (MRT) di Jakarta. Salah satu kalangan yang tergilas oleh beroperasinya MRT ialah para pedagang kaki lima.

Kompas.com menemui sejumlah pedagang kaki lima yang tergusur dari area sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus pada Senin (8/8/2019). Stasiun Lebak Bulus merupakan stasiun akhir yang menjadi salah satu simpul keramaian penumpang MRT.

Para pedagang mengaku kehilangan keran pemasukan secara signifikan. Pasalnya, mereka tak lagi leluasa berdagang sejak pagi di sekitar area stasiun. Satuan polisi pamong praja (satpol PP) sudah berjaga dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00.

"Sejak ada MRT, saya malah makin blangsak!" ucap Yanto (54), salah seorang pedagang, kesal.

Baca juga: Menurut Anda, Bagaimana Tingkat Pelayanan MRT Jakarta?

Sebelum MRT beroperasi, Yanto saban hari berdagang mi ayam dan minuman di area yang kini telah menjadi stasiun itu. Ketika rel layang MRT sudah jadi pun, ia masih sempat berdagang di kolong rel layang.

Saat itu, ia mengklaim sanggup membawa pulang uang lebih dari Rp 1,5 juta sehari.

"Sekarang, kami cuma bisa bawa pulang sejuta, Rp 700.000. Sisanya? Nol! Impas sama modal," ucapnya dengan nada tinggi.

Pedagang kaki lima di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus kini harus memutar otak mencari lokasi dan waktu berdagang. Pasalnya, mereka tak lagi diizinkan berdagang oleh Satpol PP.KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Pedagang kaki lima di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus kini harus memutar otak mencari lokasi dan waktu berdagang. Pasalnya, mereka tak lagi diizinkan berdagang oleh Satpol PP.
"Dulu saya dagang dari pagi. Itu baru namanya usaha. Jam 07.00 kami datang, jam 12.00 istirahat, malam sudah kelar," ujarnya.

Yanto berkisah, dia sudah berdagang mi ayam selama 20 tahun lebih sejak kawasan Lebak Bulus masih padat oleh bus yang berjejalan di terminal.

Yanto menilai, langkah pengusiran pedagang kaki lima sama sekali tak mengindahkan keberadaan mereka sebagai kalangan yang tak berdaya.

"Kami juga mau kerja kantoran, pegawai, tapi kami sadar juga kami bukan orang (ber-)pendidikan. Mau gimana lagi?" ujarnya.

Ia merasa, mestinya para pengambil kebijakan dapat melakukan langkah yang lebih arif.

Baca juga: Menjawab Sindiran Komikus Jepang soal Utang MRT Jakarta

"Kami enggak apa-apa dipindahin, tapi dikasih tempat, khusus pedagang, gitu. Kami juga mau bayar, duitnya nanti biar diputar pemerintah atau gimana, tapi kami dikasih tempat, enggak diusir begini," kata Yanto masih dengan suara tinggi.

Hal serupa terjadi pada seorang pedagang minuman, Budi (49). Sebelum MRT beroperasi, ia bisa berjualan di dekat Stasiun Lebak Bulus pada petang hari, sesuatu yang kini mustahil ia lakukan.

"Dulu, jam empat sudah bisa mulai jualan," ucapnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com