Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbukalah dengan yang Manis Tak Melulu Benar, Begini Menu Berbuka yang Aman

Kompas.com - 08/05/2019, 17:21 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Yudi Dimyati mengimbau warga untuk mengurangi porsi makanan dan minuman manis saat sahur dan buka puasa.

Sebab, menurut dia, makanan manis justru dapat memicu berbagai penyakit pada pencernaan.

"Apalagi slogan 'Berbukalah dengan yang manis' tertanam di benak banyak orang dan dianggap benar. Padahal, konsumsi makanan dan minuman manis saat sahur dan buka puasa justru memberatkan pencernaan di lambung dan usus," ucap Yudi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/5/2019).

Baca juga: BBPOM Jakarta Sidak Menu Takjil di Benhil

Menurut dia, kerja lambung dan usus akan menjadi berat karena makanan manis. Imbasnya, bisa memunculkan penyakit seperti mag, kembung, asam lambung, dan sembelit.

"Maka akan lebih baik jika sahur dan buka masyarakat mengonsumsi makanan segar seperti buah dan air mineral," ucap dia.

Yudi juga menganjurkan, ketika buka puasa dan sahur, masyarakat terlebih dulu mengonsumsi kurma 3 buah dengan air mineral.

Baru setelah tarawih, warga mengisi perut dengan makanan yang porsinya lebih berat.

Itu pun, menurut dia, harus lebih banyak sayur dan daging saat makan setelah tarawih.

"Awali dengan air putih hangat dan sepotong buah, kemudian lanjut dengan nasi sedikit, lebih banyak sayur, dan daging (ikan, ayam, sapi) seperempat piring. Jangan lupa minum air putih 2 gelas," papar dia.

Baca juga: Catat, 15-17 Mei, Penumpang KRL Dapat Takjil Gratis di Stasiun Ini...

Yudi juga mengingatkan warga agar memperhatikan menu makan saat sahur dan berbuka puasa. Hal itu penting dilakukan karena puasa akan memberi efek detoksifikasi pada tubuh.

Adapun detoksifikasi merupakan pembersihan partikel toksik dalam tubuh.

"Maka disarankan menghindari atau mengurangi makanan berbahan olahan terigu, makanan dan minuman manis, pedas, serta yang mengandung susu, kafein, dan penyedap rasa," ujar Yudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com