Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem PPDB Online Bekasi Terganggu, Jarak Rumah Siswa ke Sekolah Menjauh dan Ada yang Jadi 0 Meter

Kompas.com - 03/07/2019, 06:29 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com — Penerapan sistem zonasi murni penerimaan peserta didik baru (PPDB) secara online di Kota Bekasi, Jawa Barat, rupanya tak lepas dari sejumlah kesalahan sistem maupun human error. Akibat kesalahan itu, jarak rumah ke sekolah yang jadi unsur utama pemeringkatan calon siswa menjadi tak sesuai fakta di lapangan.

Kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi pun dibanjiri para orangtua murid yang berbondong-bondong datang mengajukan perbaikan jarak pada hari kedua PPDB online di Bekasi, Selasa (2/7/2019).

Baca juga: Salah Input, 7 Calon Siswa di Bekasi Terdaftar dengan Jarak 0 Meter dari Rumah ke Sekolah

Jarak rumah bertambah jauh

Kebanyakan orangtua murid yang menyambangi kantor Disdik Kota Bekasi mengajukan protes dan perbaikan jarak rumah ke sekolah tujuan anaknya yang berubah jauh dan merugikan anaknya.

"Saya cek jarak dari rumah ke sekolah harusnya 500-an meter, tapi di sistemnya 1.027 meter, sedangkan yang lebih jauh dari saya dihitung 600 meter dan tetap masuk," ujar Sutarno (44), warga Jati Asih, Bekasi Selatan.

Sutarno mendaftarkan putranya ke SMPN 9 Jati Asih pada Senin lalu secara langsung di sekolah. Namun, saat ini posisi anaknya sudah di luar kuota akibat jarak rumahnya tak bersaing dengan 239 calon siswa lain SMPN 9 Kota Bekasi.

"Pertanyaannya, kenapa yang jauh bisa bertahan, kenapa yang dekat hilang (dari sistem) begitu? Tetangga saya ada yang enggak hilang (dari sistem) itu lebih jauh rumahnya dari saya," kata Sutarno yang tinggal di belakang kompleks Komsen Jati Asih.

Permasalahan serupa dialami Naskan (42). Ia mengklaim, jarak dari rumahnya ke sekolah jadi lebih jauh ketimbang keadaan di lapangan.

"Harusnya 800 meter, di sistem ditulis 1.700 meter. Enggak sesuainya jauh, sedangkan dari jauh saja ada yang diterima. Enggak sama jadi enggak merata," ujar Naskan yang mendaftarkan anaknya ke SMPN 17 Kota Bekasi Jaticempaka, Pondok Gede.

"Pihak sekolah menelepon tadi pagi, kalau memang tidak puas, perbaiki radiusnya ke dinas pendidikan. Soalnya Bapak kan radius dengan sekolahnya dekat," ujar Naskan menirukan saran pihak sekolah.

Milna (30) juga menyambangi kantor Disdik Bekasi untuk membetulkan jarak dari rumah ke SMPN 9 Kota Bekasi. Berbeda dengan Sutarno dan Naskan, Milna salah menginput koordinat alamat rumah.

Baca juga: Jarak Rumah ke Sekolah Tak Sesuai Fakta, Orangtua Murid Protes ke Disdik Kota Bekasi

"Saya salah masukin radiusnya, kegedean 1.300 berapa meter tadi, orang-orang sebelah rumah cuma 200 meter, kok saya kegedean ini. Bukan salah sistem, tapi ya salah masukinnya gitu," ujar Milna.

Jarak rumah 0 meter dari sekolah

Sebanyak tujuh calon siswa SMP di Kota Bekasi bercokol di peringkat teratas zonasi radius karena jarak rumah ke sekolahnya tercatat 0 meter di sistem PPDB online pada Selasa siang.

Dalam situs https://bekasi.siap-ppdb.com yang diakses pukul 10.00, tujuh calon siswa tersebut tersebar di tiga SMPN Kota Bekasi, yakni satu orang di SMPN 5, satu orang di SMPN 34, dan lima orang di SMPN 49. Kejanggalan itu diduga kuat karena operator salah memasukkan titik koordinat alamat rumah calon siswa ke dalam sistem.

"Itu kesalahan ada di operator kayaknya, sudah kami print-out jejak digitalnya, ternyata titik (alamat rumah calon siswa) di tiang bendera itu. Kesalahan klik," ujar Kepala Seksi SMP Dinas Pendidikan Kota Bekasi Mawardi, Selasa siang.

"Operator sudah menentukan titiknya, diklik lari di sistem apa gimana dia enggak ngerti juga. Jadi apa sistemnya lari apa gimana di satelitnya," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com