Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gadis Malang yang Dicabuli, Hamil, hingga Akhirnya Meninggal Dunia karena Ayah Asuh

Kompas.com - 05/07/2019, 07:46 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

2. Dicabuli sejak 2018

Sejak korban tinggal serumah berdua dengan HS, warga mulai menyimpan kecurigaan.

"Kakek ini (HS) sebenarnya punya keluarga tapi untuk sementara tinggal sendiri," kata Imron.

Widiyanto juga menyimpan kecurigaan serupa.

"Ini kok mau (tinggal bersama HS)? Anaknya enggak pernah bergaul, di dalam terus juga. Ada temannya datang pun dibawa masuk," ujar Widiyanto.

Pada Desember 2018, niat bejat HS kesampaian. Saat itu, HS pura-pura minta dipijat EP yang tinggal serumah.

Baca juga: HS yang Cabuli Anak Asuhnya hingga Meninggal Dikenal Ngeyel dan Tak Bersosialisasi

"Modus yang dilakukan pelaku, korban disuruh memijit tubuh pelaku. Terjadilah sejak itu disetubuhi berulang kali sejak Desember 2018, kemudian seiring perjalanan waktu korban hamil," ujar Kasatreskrim Polres Metro Kota Bekasi, Kompol Imron Ermawan.

Seorang lansia (lanjut usia) berinisial HS (71) dicokok aparat Polsek Bekasi Timur di rumahnya di Perumnas Rawalumbu Jalan Blue Sarir, Bekasi, Rabu (3/7/2019) dinihari lalu. HS dituduh telah menghamili seorang gadis yang merupakan anak asuhnya. 

Remaja berinisial EP yang masih berusia 15 tahun itu akhirnya meninggal setelah mengalami pendarahan hebat saat melahirnya bayinya. Bayi itu, yang lahir prematur pada usia kandungan tujuh bulan, telah lebih dulu meninggal.

Kasus itu kini ditangani Polres Metro Bekasi Kota.

 

 

3. Diancam diusir

Dalam pengakuannya kepada polisi, HS yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las menyebutkan, dia tak pernah memaksakan hubungan tersebut secara eksplisit. Namun dia menciptakan kondisi dan memberikan sejumlah ancaman.

"Tidak ada (paksaan), tapi bujuk rayu dan kalau tidak (patuh) diancam diusir, tidak dikasih makan, dan lain-lain," kata Imron.

Dengan ancaman seperti itu, EP pun harus menurut. Hal ini pula yang dicurigai tetangga membuat EP tak bernah bersosialisasi ke luar rumah layaknya remaja lain.

 

4. Kematian ditutup-tutupi

Dalam perjalanan waktu, korban baru diketahui hamil ketika usia kandungan 4-5 bulan. Usia yang masih belia membuat tubuh korban kemungkinan belum siap menghadapi kehamilan. Remaja pun melahirkan secara prematur ketika kandungannya berusia 7 bulan.

"Tanggal 30 Juni, korban masuk rumah sakit dalam keadaan hamil. Akhirnya korban melahirkan seorang bayi tanggal 30 Juni. Karena prematur, bayi meninggal," kata Imron.

Imron membeberkan, HS dihantui rasa takut lantaran peristiwa itu. Dia lalu membawa pulang bayi tersebut secara diam-diam, masih pada tanggal 30 Juni itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com