JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan dalam bekerja. Bagi banyak perusahaan, keterbatasan fisik mereka dianggap sebagai kendala dalam bekerja.
Tak jarang, mereka kerap diremehkan saat melamar pekerjaan. Padahal, kemampuan mereka tak kalah dengan orang lainnya.
Seperti yang dialami oleh Taufiq (20), seorang tunanetra yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan.
Di sela-sela upaya Taufiq menjelajahi setiap booth perusahaan yang membuka lowongan kerja untuk difabel dalam acara Job Fair Diversability 2019, dia bercerita suka dukanya mencari pekerjaan.
Baca juga: Job Fair Khusus Difabel Digelar, Ada 18 Perusahaan yang Buka Lowongan
Ia mengaku, seringkali mendapatkan perlakuan buruk dari beberapa perusahaan ketika melamar pekerjaan karena keterbatasannya tak bisa melihat.
Taufiq terus berjuang mengirimkan lamaran pekerjaan. Namun, banyak perusahaan yang hanya menelepon dan memanggilnya interview, tanpa memberi kejelasan.
“Kadang dipanggil untuk interview, tapi setelah itu udah tidak ada kabar lagi apakah saya diterima atau enggak menjadi pegawainya,” ujar Taufiq di Job Fair Diversability, Atma Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (23/8/2019).
Meski demikian, semangat Taufiq tak lantas surut untuk terus mencari pekerjaan. Tiada hari yang ia lewati untuk melamar pekerjaan lewat e-mail.
Baca juga: Job Fair Khusus Difabel Digelar, Ini Beberapa Tawaran Posisi yang Dibuka
Bahkan, menurut dia, banyak pula yang justru meremehkan kemampuannya. Taufiq pernah dipanggil suatu perusahaan menjadi telemarketing. Namun, tetap tak membuahkan hasil yang baik.
“Mereka justru bilang ‘nanti baca skripnya bagaimana’. Padahal, sudah bilang ada komputer bicara juga, sudah mudahlah tapi enggak boleh juga dengan alasan nanti enggak bisa baca skrip. Padahal dia enggak tahu kemampuan saya,” katanya.
Menerima kenyataan itu, Taufiq pun kecewa. Dia lalu berusaha bangkit.
Menurut dia, banyak perusahaan yang menganggap tunanetra akan kesulitan bekerja karena mereka membutuhkan fasilitas huruf braille. Padahal, hal ini harusnya tak perlu dirisaukan.
Di era serba teknologi saat ini, kemudahan pun diberikan. Perusahaan cukup mengunduh screen reader di dalam komputernya. Ini akan sangat mudah digunakan untuk penyandang disabilitas di dunia kerja.
“Harusnya perusahaan-perusahaan mampu mengadakan screen reader di dalam komputernya sehingga tunanetra bisa menggunakannya tanpa perlu bantuan braille di komputer itu,” kata dia.
Taufik bercerita, dia menjadi penyandang tunanetra baru lima tahun sejak 2014 lalu. Penyakit kelainan pembuluh darah membuat dia kehilangan seluruh penglihatan kala itu.
Hingga kini, Taufiq masih belajar beradaptasi menjalani kehidupannya tanpa cahaya. Hidup dalam kegelapan.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengakui, awalnya dia sulit menerima kenyataan kalau dia berbeda. Taufiq sempat terpuruk.
“Saya pernah enggak keluar rumah, dijenguk tidak mau. Saya menjauh dari semua orang karena malu dengan keadaan saya,” kata dia.
Baca juga: Istana Siap Bantu Kasus Dokter Romi yang Dibatalkan sebagai CPNS karena Difabel
Taufiq bangkit setelah bertemu orang-orang yang sepertinya dan melihat mereka tak pernah mengeluh.
Meski kehidupan mereka lebih sulit dari Taufiq, mereka tampak menjalani hari-harinya dengan penuh harapan.
“Setelah menangani diri saya kalau diri saya mampu, lalu saya ketemu orang-orang seperti saya. Saya lihat mereka saja bisa masa gue enggak bisa sih,” katanya membangkitkan semangat.
Taufiq yang sekarang, bukan lagi Taufiq yang dulu, pesimistis menjalani kehidupan. Dia menjadi orang yang bersemangat.
Baca juga: Remaja Difabel Tewas Dianiaya di Pusat Layanan Anak Terpadu, Ini Penjelasan Dinsos Pontianak
Pria kelahiran 20 Agustus ini mengatakan, ia kini bisa menjalani berbagai aktivitas tanpa bantuan orang lain.
“Saya sama seperti orang normal, saya bisa naik MRT sendiri, saya bisa naik Transjakarta sendiri. Semua saya lakukan seperti orang normal pada umumnya,” Katanya.
Taufiq juga mengisi waktu dengan merajut. Kain yang ia rajut seringkali dibeli masyarakat.
“Ada aja yang beli kok, kadang pameran juga dan banyak orang suka juga. Saya bersyukur,” katanya.
Adapesan yang ingin disampaikan Taufiq bagi penyandang disabilitas lainnya.
“Teman teman disabilitas yang proses berdamai dengan diri kalian, banyakin sosialisasi. Kita semakin yakin kalau kita teman banyak mereka bisa kita juga bisa bangkit,” ucap dia terseyum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.