Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Masalah Administrasi Bikin Murid SD Belajar Lesehan Lebih dari Setahun

Kompas.com - 18/09/2019, 07:20 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Mulanya, murid yang belajar secara lesehan merupakan murid kelas 1 dan 2. Namun, mulai tahun ajaran 2019-2020, ganti murid kelas 3 sampai 6 yang lesehan.

Murid keenam kelas itu akhirnya terpaksa belajar dengan cara duduk di lantai. Pihak sekolah pun menyediakan rak sepatu di luar kelas agar para murid tidak mengenakan alas kaki ke dalam ruangan kelas.

Sebab, lantai kelas tentu akan menempel langsung dengan tubuh mereka. Sebelum jam pelajaran dimulai, sejumlah murid yang kebagian piket kebersihan juga menyapu lantai kelas lebih dulu.

Kebanyakan dari para murid langsung mencari tempat di sekitar dinding kelas agar dapat bersandar. Namun, ketika kegiatan belajar-mengajar dimulai, posisi itu akhirnya berubah-ubah.

Ada yang berjongkok, menunduk, hingga tengkurap. Beberapa titik di lantai kelas memang sudah digelar alas, seperti spanduk atau karpet, agar murid bisa tengkurap dengan lebih nyaman.

"Seenaknya saja lah suka-suka, senyaman mereka selama belajar di lantai. Duduk pun kadang-kadang pegal mereka boleh berbaring," ujar Fahruroji, wali kelas 4C yang murid-muridnya mesti belajar secara lesehan di ubin tiap hari, Selasa.

Baca juga: SDN Jatimulya 09 Bekasi Sudah Diberi Meja, tapi Belum Boleh Dipakai

"Secara fisik, anak itu perkembangannya kita khawatir, karena kan pertumbuhan tulang mereka sedang dalan perkembangan, yang jelas fisiknya lah yang kita perhatikan (karena) belajar dengan membungkuk," ungkap dia.

Orangtua sumbangkan karpet hingga meja

Kekhawatiran bukan hanya dirasakan oleh Fahruroji selaku guru. Orangtua juga menyimpan keresahan sejenis.

Pergantian murid yang lesehan, dari murid kelas 1 dan 2 jadi murid kelas 3 sampai 6, juga didasari atas keresahan para orangtua murid.

"Yang kelas 1 katanya badannya sering panas, masukan dari orangtua akhirnya kelas 1 jangan tidak pakai kursi karena punggungnya sakit. Ya sudah, yang dari kelas 6 di atas meja-kursinya diturunin deh," jelas Sukaemah, wali kelas 6B, Selasa.

Akhirnya, beberapa dari mereka pilih menyumbangkan bantuan agar anak-anaknya bisa belajar setidaknya lebih nyaman kendati di lantai.

"Ada juga kontribusi orangtua murid dengan membawakan banyak, seperti di kelas kan ada (orangtua murid) yang bikin meja-mejaan dari kayu, ada yang menyumbang karpet," ungkap Fahruroji.

"Saya sendiri nyumbang karpet, bawa dari rumah, supaya tidak terlalu dingin lah di lantai," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com