Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lini Masa Aksi Mahasiswa di Gedung DPR, Blokade Jalan hingga Mosi Tak Percaya

Kompas.com - 24/09/2019, 10:02 WIB
Cynthia Lova,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan mahasiswa turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).

Dengan tagar #MahasiswaBergerak yang tersebar di berbagai media sosial, mahasiswa seolah terbangun dari tidur lelapnya selama ini.

Mereka berbondong-bondong datang ke depan gedung DPR. Warna-warni jaket almamater kebanggaan dari berbagai universitas mewarnai gedung para wakil rakyat sejak siang hingga malam hari. 

Spanduk-spanduk nada protes terhadap DPR dan Presiden Jokowi terkait revisi UU KPK dan revisi UU KUHP dibentangkan. Kepalan tangan dilayangkan ke udara.

Baca juga: Demo Mahasiswa di DPR, Dinginnya Respons Jokowi, hingga Ancaman Bermalam...

 

"Hidup mahasiswa!" demikian pekik orator yang terus digelorakan untuk membakar semangat mahasiswa.

Namun, mahasiswa yang hadir hari itu tak hanya mereka yang memprotes RKUHP dan revisi UU KPK. Ada juga sekelompok kecil mahasiswa yang mengatasnamakan diri Mahasiswa Progresif Anti Korupsi (MAPAK).

Kompas.com meringkas peristiwa-peristiwa penting aksi unjuk rasa kemarin di depan gedung DPR.

Demo disekat

Karena ada dua kubu dengan tuntutan yang bertolak belakang, akhirnya kepolisian membuat massa aksi demo ini dengan penyekatan.

Sehingga tuntutan yang diserukan itu bisa disampaikan dengan baim tanpa mengganggu.

"Kita di sini membuat sekat di antara mereka agar intinya penyekatan ini agar mereka pro dan kontra sama-sama sampaikan aksinya agar tidak terganggu dan menggunakan sound system, jadi mereka sama-sama fokus dengan apa yang mereka tuntutkan,” ujar Harry di Gedung DPR RI, Senin.

Massa tutup jalan 

Semakin sore, mahasiswa kontra atau menolak RUU KPK dan RKUHP semakin banyak yang berdatangan di Gedung DPR RI.

Kehadiran mereka yang dalam jumlah besar membuat sepanjang Jalan Gatot Subroto arah ke Slipi ditutup.

Massa aksi tampak duduk di separator jalur Transjakarta. Bahkan memenuhi jembatan Ladogi yang mengarah ke Kompleks Gelora Bung Karno.

Mahasiswa menaiki pagar Gedung DPR/MPR pada aksi penolakan RKUHP , Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).KOMPAS.com/M ZAENUDDIN Mahasiswa menaiki pagar Gedung DPR/MPR pada aksi penolakan RKUHP , Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).

Mahasiswa pro dan kontra saling sindir

Hari semakin gelap tak membuat semangat mahasiswa surut. Mereka terus mengorasikan tuntutan mereka masing-masing.

Lucunya, dalam aksi ini, dua kubu antara pro dan kontra RUU KPK saling sindir.

Mereka saling berlawanan dan bersautan di atas mobil komando masing-masing.

Massa yang kontra tetap bersikeras tolak UU KPK dan RKUHP.

Baca juga: Panjat Pagar, Mahasiswa Memaksa Masuk ke Dalam Gedung DPR RI

 

"Tolak RUU, tolak RUU, tolak RUU sekarang juga," ujar orator melalui mobil komando.

Orasi penolakan ini langsung ditepis oleh massa yang mendukung itu. Mereka mendukung revisi UU KPK termasuk pimpinan KPK terpilih.

"Jangan terprovokasi kawan-kawan, jangan terprovokasi kawan-kawan," kata orator.

Polisi berjaga di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).KOMPAS.com/M ZAENUDDIN Polisi berjaga di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).

Massa blokade jalan tol

Jarum jam sudah menunjuk ke arah pukul 19.30 WIB, massa kontra yang menolak UU KPK dan RKUHP masih bertahan.

Keadaan pun semakin memanas lantaran teman-temannya yang sebelumnya masuk ke dalam Gedung DPR untuk audiensi tak kunjung keluar.

Mereka merasa pendapat mereka tak didengar oleh DPR. Sehingga mahasiswa pun sempat melempar batu bahkan botol ke arah Gedung DPR.

Baca juga: 18.000 Personel Gabungan Amankan Unjuk Rasa di Depan DPR/MPR RI

 

Namun, situasi memanas itu tak berlangsung lama. Situasi sempat cair setelah perwakilan mahasiswa yang melakukan audiensi berada di atas mobil komando dan menjelaskan hasil pertemuan mereka dengan DPR.

Namun, hasil yang mereka dapatkan ternyata tak berujung baik.

Perjanjian yang sempat dilontarkan oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar pada 19 September kemarin nyatanya tak dipenuhi anggota DPR. Mahasiswa akhirnya menyatakan mosi tidak percaya kepada para wakil rakyat di hadapan dua anggota DPR yang bertemu mereka.

Hal tersebut membuat situasi memanas lantaran massa tak didengarkan hingga akhirnya ada ajakan dari mobil orator untuk masuk ke jalan tol.

"Bagaimana kalau kita tutup jalan tol teman-teman," ujar orator.

Baca juga: Ada Demo Lanjutan di Depan Gedung DPR, Polisi Siapkan Rekayasa Lalin

Massa yang mendengar itu kemudian dengan cepat langsung meringsek masuk ke jalan tol menyelonong masuk ke jalan tol dalam kota dari menuju Grogol dan Slipi, Jakarta Barat.

Akibatnya, arus lalu lintas di Jalan Tol S Parman tersendat.

Polisi yang melihat aksi massa yang semakin nekat langsung berteriak dari atas mobil orator agar massa keluar dari jalan tol. 

Mendengar pihak kepolisian memberi peringatan tersebut, mahasiswa yang masuk ke dalam jalan tol berangsur-angsur keluar dari jalan tol itu. Arus lalu lintas pada pukul 20.00 WIB pun tampak lancar kembali.

Massa pengunjuk rasa yang terdiri dari mahasiswa berbagai universitas memaksa masuk ke dalam gedung DPR, Senin (23/9/2019). Mereka menggoyang-goyangkan pagar besi yang menjulang tinggi agar pintu utama DPR itu jebol.KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA Massa pengunjuk rasa yang terdiri dari mahasiswa berbagai universitas memaksa masuk ke dalam gedung DPR, Senin (23/9/2019). Mereka menggoyang-goyangkan pagar besi yang menjulang tinggi agar pintu utama DPR itu jebol.

Mahasiswa paksa masuk Gedung DPR RI

Namun, tak berhenti sampai di sana. Sekitar pukul 20.30 WIB massa makin memanas.

Mereka memaksa masuk ke dalam gedung DPR bahkan sempat memanjat gerbang Gedung DPR RI.

Massa juga menggoyang-goyangkan pagar gedung tinggi itu hingga pagar rusak.

Salah satu orator massa yang melihat itu memberi peringatan kepada massa yang hendak masuk ke dalam Gedung DPR.

Baca juga: Panjat Pagar, Mahasiswa Memaksa Masuk ke Dalam Gedung DPR RI

Ia juga mengingatkan massa aksi untuk tidak mudah terprovokasi dengan adanya massa yang hendak mencoba masuk ke gedung DPR RI.

"Teman, teman mahasiswa jangan terprovokasi. Mohon buat brikade," ucap orator.

Akhirnya, massa yang masih menggunakan almamater langsung membuat barikade sendiri.

Seketika saja dan berangsur-angsur situasi mulai kondusif kembali.

Sekitar pukul 22.45 WIB massa akhirnya memilih untuk bubarkan diri. Massa satu per satu akhirnya meninggalkan Gedubg DPR.

Massa kembali turun jalan

Namun, aksi ini tak berhenti begitu saja. Mereka akan kembali turun ke jalan hari ini, Selasa (24/9/2019). Mereka menjanjikan hadir dalam jumlah yang lebih banyak.

Hari ini, tak hanya universitas-universitas sekitar Jakarta yang hadir. Rencananya, mahasiswa di luar Jakarta juga akan turut bergabung menyuarakan aspirasi mereka di depan gedung DPR.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Manik Marganamahendra menyatakan, jika hari ini akan ada massa yang bertambah banyak.

Ia berjanji, massa mahasiswa yang datang hari ini akan lebih banyak. Manik menyebut akan ada 4.000 mahasiswa dari 36 hingga 40 universitas yang hadir dan masyarakat bersatu.

Massa mahasiswa masih tetap menagih janji kesepakatan antara mahasiswa dan Sekretariat Jenderal (Sekjen) DPR Indra Iskandar pada Kamis (19/9/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com