Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Aksi Premanisme Ada ketika Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat

Kompas.com - 05/11/2019, 09:11 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi meminta jatah parkir parkir minimarket di Kota Bekasi, Jawa Barat ramai diperbincangkan publik pekan ini.

Aksi tersebut dinilai meresahkan masyarakat sehingga Polda Metro Jaya menerjunkan tim khusus guna menyelidiki adanya tindak pidana dan dugaan premanisme.

Pengamat Intelejen dan Keamanan Negara Stanislaus Riyatna mengatakan, aksi premanisme muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat ketika negara belum hadir untuk memastikan keamanan dan keselamatan.

"Premanisme akan terjadi ketika negara tidak hadir. Tetapi kalau misalnya negara hadir, aparat keamanan ada, pasti dia (orang yang melakukan aksi premanisme) akan mikir juga gitu loh," kata Stanislaus saat dihuhungi, Selasa (5/11/2019).

Baca juga: Soal Ormas Minta Jatah Kelola Parkir, Wali Kota Bekasi: Pakai Aturan, Bukan Otot

Menanggapi aksi meminta jatah parkir di Bekasi, Stanislaus mengapresiasi langkah Polda Metro Jaya untuk hadir di tengah-tengah masyarakat dalam menjamin keamanan dan keselamatan.

Selain itu, lanjut Stanislaus, kehadiran negara bukan hanya dalam bentuk penjamin keamanan. Namun, diperlukan keikutsertaan pemerintah daerah dalam membina oknum-oknum yang diduga melakukan aksi premanisme.

"Masalah premanisme ini kan sudah sangat lama, kedok ormas ini juga sudah sangat lama. Ini harus menjadi catatan pemerintah bagaimana pembinaan terhadap ormas agar tidak melakukan tindakan pemaksaan atau premanisme," ujarnya.

Baca juga: Ketika Ormas Minta Jatah Kelola Parkir Minimarket di Bekasi

Stanislaus pun mempersilakan pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan ormas untuk mengelola lahan parkir. Pasalnya, dana parkir adalah salah satu pendapatan asli daerah (PAD).

Kendati demikian, diperlukan payung hukum yang jelas dalam pengelolaan tersebut sehingga tidak merugikan masyarakat.

"Kalau kerja sama harus dikelola secara profesional. Persoalan nanti jasa parkirnya akan merekrut orang-orang dari ormas ya sah-sah saja," ujar Stanislaus.

Sebelumnya diberitakan, video yang menampilkan aksi unjuk rasa beberapa ormas di Kota Bekasi menuntut "jatah" parkir minimarket viral di media sosial.

Baca juga: Viral Video Ormas Minta Jatah Parkir, Polisi Pastikan Akan Tindak Aksi Premanisme

Video itu diduga diambil saat unjuk rasa ormas pada 23 Oktober 2019 di depan SPBU Narogong, Rawalumbu.

Dalam video tersebut, telontar serangkaian tuntutan dari anggota-anggota ormas agar Pemerintah Kota Bekasi dan pengusaha minimarket "bekerja sama" dengan ormas agar mereka berhak menarik tarif parkir di minimarket.

Hal itu disampaikan karena Pemkot Bekasi tengah menggodok wacana penarikan pajak parkir di banyak titik, termasuk minimarket. Tak ayal, video tersebut membuat gaduh jagat maya dan menimbulkan kesan negatif.

Seorang pria yang tampaknya merupakan perwakilan dari minimarket dalam video itu dipaksa untuk merima tuntutan kerja sama dengan ormas tersebut.

Tak ayal, video tersebut membuat gaduh jagat maya dan menimbulkan kesan negatif.

Senin pagi, perwakilan ormas pun duduk satu meja dengan Wali Kota Bekasi, Kapolres Metro Bekasi Kota, dan Dandim 05/07 Kota Bekasi di Kantor Wali Kota Bekasi.

Usai pertemuan itu, Deni M Ali, Ketua Resto GIBAS Kota Bekasi, salah satu ormas yang turut berunjuk rasa 23 Oktober lalu, memohon maaf atas serangkaian ucapan anggotanya dan ormas-ormas lain yang membuat gaduh belakangan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com