Seperti salah satunya, Sigit Marsoni (34), salah satu pejalan kaki yang melintas di kawasan itu menyayangkan penebangan pohon di trotoar.
Sebab, sejak pohon-pohon itu ditebang, suasana menjadi panas karena tak ada yang menghalau sinar matahari.
Sigit mengatakan, sebelum pepohonan itu ditebang, kondisi trotoar tampak asri. Bahkan, kata Sigit, pepohonan ini sering digunakan pejalan kaki untuk berteduh di kala panas dan hujan.
Kini, suasana asri itu pun berubah menjadi gersang.
“Lihat saja sudah ada pengerjaan revitalisasi ya, kan berdebu. Nah, ditambah pohon pada ditebang. Jadi kelihatan banget gersangnya," kata Sigit.
Beda halnya, Shinta, pejalan kaki lainnya setuju dengan penebangan ponon itu. Sebab khawatir jika musim hujan nantinya, pohon itu malah membahayakan.
“Iya ada untungnya juga pohonnya ditebang, kan sebentar lagi musim hujan ya supaya mencegah pohon tumbang juga kan,” kata Shinta.
Ia pun menyarankan, pemerintah untuk menanam ulang lagi pepohonan baru di trotoar itu. Sehingga, trotoar itu kembali menjadi asri seperti sedia kala.
Kekhawatiran pejalan kaki tentang penebangan pepohonan itu dijawab oleh Pemprov DKI Jakarta, khususnya Dinas Kehutan.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, pohon-pohon yang ditebang di lokasi revitalisasi trotoar di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, akan diganti dengan pohon pelindung jenis lain.
Baca juga: Pohon yang Ditebang demi Trotoar Cikini akan Diganti Pohon Penyerap Polutan
Pohon yang akan ditanam adalah pohon yang mampu menyerap polutan seperti tanaman tabebuya.
Pohon tabebuya (handroanthus chrysotrichus) dari Brasil itu belakangan ini memang banyak ditanam di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta.
“Tujuannya agar polusi dari kendaraan bermotor dapat langsung diserap mulai dari level bawah oleh tanaman semak tersebut sampai level atas, yaitu oleh pohon pelindung," ucap Suzi.
Meski Pemprov DKI Jakarta menyebut tanaman yang akan ditanam mampu menyerap polutan, pendapat berbeda dikatakan Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin. Dia menyayangkan penebangan pohon itu.
Menurut Safrudin, pohon angsana lebih memiliki kemampuan besar untuk menyerap karbondiokisda.