BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi optimistis menangani banjir pada musim penghujan nanti.
Jumlah titik banjir di Kota Bekasi diklaim menurun jelang musim penghujan dari 49 titik pada 2018.
"Ada 36 titik sekarang, cuma masih ada beberapa perumahan yang belum hilang (titik banjirnya) sama sekali," ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Kota Bekasi, Yudianto melalui telepon, Jumat (8/11/2019) sore.
Beberapa titik memang masih akan digenangi banjir. Namun, Yudianto menyebut, pada wilayah yang titik banjirnya belum hilang, tinggi muka air pada musim penghujan nanti akan menyusut.
"Misalnya ada satu perumahan luasnya satu hektar, hampir 1.000-2.000 meter persegi banjir sudah mulai hilang, cuma masih ada. Atau ketinggian air, kalau tadinya ketinggian air 100 cm sekarang sudah mulai berkurang menjadi 30 cm," ia menjelaskan.
Prediksi penurunan titik banjir ini, menurut Yudianto, karena rampungnya beberapa proyek buangan air di sekitar perumahan di Kota Bekasi.
Pihaknya memprediksi, jika turun hujan deras, beberapa perumahan hanya akan mengalami genangan lebih kurang 1 jam, bukan banjir.
"Seperti di perumahan Pondok Hijau Permai, itu kan biasa tiap tahun tuh, kalau sekarang sudah mulai berkurang. Mudah-mudahan di Perumahan Jatiwaringin juga, karena kita sudah mulai membangun crossing buangan di bawah jalan tol. Wilayah Bantargebang juga sama, kita lagi bangun polder air," tutup Yudianto.
Saat ini, proyek pengerukan drainase terus dilakukan Pemkot Bekasi. Yudianto mengklaim, pekerjaan ini bukan semata karena jelang musim penghujan, melainkan reguler dilakukan.
Di Rawalumbu, misalnya, dua alat berat kini tengah dikerahkan guna memperdalam aliran kali yang langganan luber tiap hujan deras.
"Alat berat kita lagi di Jembatan 7 sampai Jembatan 9 Rawalumbu. Minggu kemarin di Kalibaru. Terus, mobile ke Bintara, Wisma Asri, Teluk Pucung," kata dia.
"Jadi kita tidak berpikir kesiapan musim hujan. Senantiasa kita keruk sedimentasi," Yudianto menambahkan.
Pompa air
Yudianto mengakui bahwa jajarannya masih kekurangan pompa guna memindahkan air ke saluran drainase dari polder air (sejenis waduk kecil).
"Pompa air kurang banyak untuk polder air kecil-kecil. (Karena Pemkot) harus melihat juga skala prioritasnya (mana polderbyang paling butuh pompa)," ujar Yudianto.
Kini, sudah ada 35 polder air di Kota Bekasi, namun tak seluruhnya sudah dipasangi pompa.
Ada polder-polder kecil yang akan dipasang pompa belakangan, ada pula polder-polder di kawasan perumahan yang menunggu pengadaan pompa oleh pengembang.
Mengantisipasi kurangnya pompa air, Yudianto menyebut bahwa pemerintah akan terus menyiagakan unit reaksi cepat (URC) seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tim URC akan langsung berkoordinasi dengan BPBD apabila terjadi musibah.
"Senantiasa siaga. Kita antisipasi kalau ada kenaikan air, harus dipompa, harus dibuang untuk mengurangi debit air yang ada di polder," ujar dia.
"Ada di polder Rawatembaga, ada di Polder Kalimati, Pengasinan, Galaxy, kemudian Arenjaya, kita siagakan di sana," ia menambahkan.
Selain menyiagakan URC, Yudianto berharap agar satu-satunya mobil pompa yang dimiliki Pemerintah Kota Bekasi dapat berfungsi optimal.
Jumlah itu tidak ideal, tetapi cukup membantu apabila ada pompa air yang mendadak malfungsi.
"Mobil pompa itu bisa pergi ke mana-mana untuk genangan atau banjir yang dibutuhkan. Tapi masih satu. Mudah-mudahan bisa bertambah jadi 12 biar masing-masing kecamatan bisa punya mobil pompa," pungkas Yudianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.