Sama seperti sanak saudaranya yang terkesan tidak mempedulikan dirinya.
Bukan tanpa alasan Tarjo mengatakan hal tersebut.
Pasalnya, selama tinggal di sana, jarang sekali ada kerabat atau saudara Asep yang datang menjenguk.
Sesekali Asep hanya mengurung diri di kamar selama tiga hari, bergelut dengan sakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya yang kian ringkih.
Selama itu pula tidak ada keluarga yang datang menengok.
"Saudaranya enggak ngurus. Sudah tahu sakit, sakitnya komplikasi, enggak ada yang nengok. Kadang almarhum enggak kelihatan tiga hari, saudaranya enggak ada yang datang, jarang nengokinnya," kata Tarjo.
Karena beban itulah, kadang Tarjo melihat Asep kerap minder dengan tetangga lain.
Mungkin malu dengan penyakitnya atau karena tidak mau merepotkan orang lain.
"Orangnya kayaknya minder sama orang. Kalau saya lihatin dia kalau mau keluar dia bolak balik naik turun. Pas saya enggak ada, dia baru keluar," ucap dia.
Namun kini nasi sudah menjadi bubur.
Nampaknya sudah tidak ada guna lagi menjenguk Asep. Asep sudah meninggal dan membusuk saat ditemukan tiga hari kemudian.
Dia ditemukan membusuk di dalam kamar pada Jumat (15/11/2019) pagi tadi.
"Tiba-tiba cium kok bau bangkai tikus, orang tetangga bilang gitu. Digedor-gedor pintu enggak nyahut, tiba tiba tengok jendela udah bengkak (badannya)," jelas Tarjo.
Asep meninggal dalam kesendirianya, mengunci diri di kamar dan membiarkan bau busuknya menjadi pertanda bagi orang sekitar jika dia telah tiada.
Jasad Asep pun sudah dibawa ke RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Sanak keluarga pun sudah berada di sana guna mengatar Asep ke peristirahatan terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.