Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kusni Kasdut, Penjahat Ulung yang Fenomenal: Belut Licin di Tahanan

Kompas.com - 19/11/2019, 10:06 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Tapi ia dengan keyakinan tetap berusaha menjebol pintu tersebut. Sampai suatu saat, datang momen ketika ular di samping tahanan mereka lepas dari kandang. Kusni menyuruh teman-temannya itu berteriak.

Mendengar teriakan, para penjaga datang dan kalang kabut ketika melihat ular itu. Mereka melemparinya dengan sejumlah barang hingga sebongkah besi ke tahanan.

Akhirnya ular itu ditembak mati oleh penjaga. Kusni lantas menyuruh temannya menggeser bongkahan besi tadi sampai bisa dijangkau.

Saat malam hari, ia memerintahkan seluruh tahanan membuat kebisingan sementara Kusni mengetok engsel pintu dengan besi tadi.

Tiga jam lamanya ia mengetok, satu sekrup goyah sehingga bisa diputar dengan pangkal sendok. Kusni menyusun strategi, ia menunjuk sebuah pos jaga. Supaya setelah mereka sudah keluar, bisa mengambil senjata di sana.

Setelah pintu terbuka, mereka langsung menyerbu pos tersebut dengan hati-hati. Di sana mereka mendapat senjata lengkap dengan pelurunya. Dengan senjata mereka lantas melarikan diri.

Dalam upaya itu, kaki Kusni sempat tertembak orang Belanda, tapi teman-teman menyeretnya sampai ke tempat yang sepi lalu berusaha mengobati Kusni sebisanya. Mereka juga membuat tandu.

Kusni lalu digotong dan dibawa ke arah Kepanjen.

Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat Fenomenal: Perampokan Museum Nasional (1)

Kabur dari penjara yang diawasi ketat setelah rampok Museum Nasional

Waktu itu Kusni ditahan di LP Lowokwaru, Malang setelah divonis hukuman mati oleh Hakim. Ia mencoba meminta grasi dari Presiden.

Pada tanggal 10 September 1979 sekitar pukul 03.00 Kusni melarikan diri.

Dikutip dari Harian Kompas, Kusni ditempatkan di sel khusus dengan penghuni satu orang berukuran 3x4 meter. Ia ditempatkan di ruangan IV/2.

Danwil Kepolisian 102 Malang Kolpol Amijarsono waktu itu menunjukkan sebuah obeng buatan dan seutas tali yang digunakan Kusni untuk melarikan diri.

Tali itu terbuat dari kain yang disambung-sambung dengan benang jahit tangan. Sedangkan obeng terbuat dari paku besar dan diberi pegangan kayu.

Sel Kusni jaraknya hanya 100 meter dari kantor besar dalam lingkungan LP dan dapat dilihat dengan mudah dari sana. Dari bentuk sel tersebut, rasanya tidak mungkin untuk melarikan diri lewat pintu.

Langit-langit ruang tahanan Kusni cukup rendah sehingga mampu dijangkau dengan menaiki kasur. Kusni lantas mencongkel langit-langit tersebut dan meloloskan diri dari lubang sebesar 30x40 cm.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com