Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kusni Kasdut, Penjahat Ulung yang Fenomenal: Belut Licin di Tahanan

Kompas.com - 19/11/2019, 10:06 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kusni Kasdut dikenal sering meloloskan diri dari penjara. Ia berulang kali bebas dari tahanan baik pada masa ia sebagai pejuang maupun saat namanya dikenal sebagai penjahat.

Aksi pertama Kusni lolos dari tahanan ialah ketika ia bergabung dengan Brigade Teratai dan berangkat sendiri ke Malang untuk mencuri senjata, peluru, dan obat-obatan di Van Mook.

Seperti dikutip dalam buku Kusni Kasdut karya wartawan senior Harian Kompas Parakitri Simbolon, sebelum melancarkan aksinya, Kusni menghubungi dua temannya yang bergabung di TRIP yakni Jiwo dan Sunardi

Di TRIP ia bertemu Frankie dan Linda yang berwajah Indo. Kedua orang ini diarahkan Kusni menjadi mata-mata Belanda. Trip juga mengerahkan puluhan anak-anak dari badan mata-mata.

Seluruh mata-mata itu membawa barang dengan mudahnya keluar Malang dengan cara mereka masing-masing.

Kusni menggabungkan diri. Setelah mencukur kumis, dan menggunakan pakaian anak-anak, Kusni ikut bergabung dalam operasi itu.

Ia mengawasi toko kecil di Jalan Kawi sementara rombongan penyamar pertama memasukinya mengambil buntalan peluru serta obat-obatan.

Rombongan kedua juga berhasil. Saat ia mengikuti rombongan ketiga, pasukan Belanda mengurung tempat itu. Rombongan ketiga disuruh Kusni pergi tanpa membawa barang. Ia juga mencoba lari tapi tertangkap jua.

Kusni diinterogasi, awalnya hanya berupa pertanyaan-pertanyaan tapi Kusni enggan menjawab dengan jujur.

Akhirnya, ia dibawa ke suatu kamar di mana terpancang dua bilah lempeng logam setinggi orang berdiri. Antara keduanya ada ruang yang muat untuk seseorang berdiri.

Kusni diikat di lempengan tersebut. Ia kembali ditanyai, setiap kali tidak menjawab ia dihajar oleh Belanda. Tak sekalipun Kusni menjawab, hasilnya ia babak belur.

Setelah semua siksaan itu akhirnya Kusni dikurung di sebuah ruangan dekat kandang ular. Di sana sudah banyak tahanan lainnya. Kusni beristirahat memulihkan tenaga.

"Kita harus lari! Harus bisa dobrak pintu!" kata Kusni kepada orang-orang dalam kurungan itu setelah tenaganya sudah terisi penuh.

Tapi tahanan lain merasa ragu dengan rencana Kusni. Mereka hanya membantu menyelundupkan alat-alat makan lalu menatap Kusni mengulik pintu dengan perasaan ragu.

"Sepuluh tahun tidak cukup lama bung," kata salah seorang tahanan tersebut kepada Kusni.

Tapi ia dengan keyakinan tetap berusaha menjebol pintu tersebut. Sampai suatu saat, datang momen ketika ular di samping tahanan mereka lepas dari kandang. Kusni menyuruh teman-temannya itu berteriak.

Mendengar teriakan, para penjaga datang dan kalang kabut ketika melihat ular itu. Mereka melemparinya dengan sejumlah barang hingga sebongkah besi ke tahanan.

Akhirnya ular itu ditembak mati oleh penjaga. Kusni lantas menyuruh temannya menggeser bongkahan besi tadi sampai bisa dijangkau.

Saat malam hari, ia memerintahkan seluruh tahanan membuat kebisingan sementara Kusni mengetok engsel pintu dengan besi tadi.

Tiga jam lamanya ia mengetok, satu sekrup goyah sehingga bisa diputar dengan pangkal sendok. Kusni menyusun strategi, ia menunjuk sebuah pos jaga. Supaya setelah mereka sudah keluar, bisa mengambil senjata di sana.

Setelah pintu terbuka, mereka langsung menyerbu pos tersebut dengan hati-hati. Di sana mereka mendapat senjata lengkap dengan pelurunya. Dengan senjata mereka lantas melarikan diri.

Dalam upaya itu, kaki Kusni sempat tertembak orang Belanda, tapi teman-teman menyeretnya sampai ke tempat yang sepi lalu berusaha mengobati Kusni sebisanya. Mereka juga membuat tandu.

Kusni lalu digotong dan dibawa ke arah Kepanjen.

Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat Fenomenal: Perampokan Museum Nasional (1)

Kabur dari penjara yang diawasi ketat setelah rampok Museum Nasional

Waktu itu Kusni ditahan di LP Lowokwaru, Malang setelah divonis hukuman mati oleh Hakim. Ia mencoba meminta grasi dari Presiden.

Pada tanggal 10 September 1979 sekitar pukul 03.00 Kusni melarikan diri.

Dikutip dari Harian Kompas, Kusni ditempatkan di sel khusus dengan penghuni satu orang berukuran 3x4 meter. Ia ditempatkan di ruangan IV/2.

Danwil Kepolisian 102 Malang Kolpol Amijarsono waktu itu menunjukkan sebuah obeng buatan dan seutas tali yang digunakan Kusni untuk melarikan diri.

Tali itu terbuat dari kain yang disambung-sambung dengan benang jahit tangan. Sedangkan obeng terbuat dari paku besar dan diberi pegangan kayu.

Sel Kusni jaraknya hanya 100 meter dari kantor besar dalam lingkungan LP dan dapat dilihat dengan mudah dari sana. Dari bentuk sel tersebut, rasanya tidak mungkin untuk melarikan diri lewat pintu.

Langit-langit ruang tahanan Kusni cukup rendah sehingga mampu dijangkau dengan menaiki kasur. Kusni lantas mencongkel langit-langit tersebut dan meloloskan diri dari lubang sebesar 30x40 cm.

Lubang itu tidak ditutup Kusni lagi seperti semula, ia hanya menutupinya dengan kain yang entah apa alasannya.

Dari atas langit-langit tampak bekas Kusni menjelajahi lokasi  tersebut. Kusni melewati tembok sambungan bangunan sel yang berfungsi sebagai pagar.

Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat yang Fenomenal: Pejuang Kemerdekaan yang Tersakiti (2)

Ia turun di jalan yang terletak di belakang barak nomor V lalu menuju halaman langgar di belakang selnya. Selanjutnya ia memanjat tembok setinggi tiga meter dan kembali menelusuri tembok menuju arah Utara.

Setelah itu ia loncat ke bawah dan memanjat tembok lain setinggi empat meter. Di balik tembok itu banyak lampu-lampu terang, tapi Kusni memilih lokasi yang minim pengamanan

Kapolri saat itu Letjen Awaludin Jamin memerintahkan seluruh polisi di Pulau Jawa mencari keberadaan Kusni Kasdut. Ia juga berharap masyarakat membantu dalam pencarian.

Kusni berhasil ditangkap pada 17 Oktober 1979 di Surabaya. Saat ditangkap, ia sempat menerjang polisi.

Awaludin menyampaikan, saat ditangkap Kusni membawa sebuah senjata api tipe vickers dengan satu buah peluru siap tembak. Di tempat persembunyiannya juga ditemukan sebanyak 50 peluru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com