1. Anggota Satpol PP DKI Bobol ATM Bank
Sejumlah oknum Satpol PP diduga terlibat pembobolan dana via bank swasta yang terhubung ke Bank DKI.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Arifin menyebutkan, anggota Satpol PP yang terlibat tersebar di beberapa daerah. Ada Satpol PP Jakarta Barat, ada juga dari Jakarta Selatan serta Jakarta Timur juga terlibat.
Baca juga: Nasib 12 Anggota Satpol PP yang Bobol ATM Ditentukan Setelah Pemeriksaan
Sebelum para anggota tersebut diperiksa polisi, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan lebih dahulu. Hasil penyelidikan, kata dia, para pelaku mengambil uang di mesin ATM Bersama, bukan di Bank DKI. Namun, setelah mereka mengambil uang di mesin ATM, saldo mereka yang tersimpan di tabungan Bank DKI malah tak berkurang.
"Informasi yang saya dapatkan mereka mengambil uang di ATM Bersama. Bukan ATM Bank DKI. Uangnya keluar, namun saldonya tidak berkurang. Lalu dia ambil lagi," ujar Arifin.
Lantaran melihat tabungan mereka tak berkurang, para pelaku kemudian melakukannya sampai berkali-kali hingga merugikan bank.
Arifin membantah bila kasus ini dikategorikan dalam kasus pencucian uang. Sebab hal ini sudah berlangsung lama dan mereka tak mengambil uang dalam jumlah besar dalam satu kali transaksi.
"Sekali lagi saya luruskan tidak ada itu pencucian uang dan korupsi ya. Tetapi mereka ambil uang tapi saldo tidak berkurang," ucap Arifin.
Arifin mempertanyakan sistem keamanan Bank DKI setelah ada anggota Satpol PP dituding membobol bank Badan Usaha Milik Daerah itu.
Ia mempertanyakan hal ini lantaran kejadian ini sebenarnya tak mengandung unsur kesengajaan yang dilakukan oleh anak buahnya. Berdasarkan penjelasannya, anggota Satpol PP mengambil uang di mesin ATM bersama namun saldo mereka di tabungan Bank DKI malah tak berkurang. Sehingga hal ini dilakukan hingga berkali-kali.
Tak hanya itu, Arifin juga merasa heran lantaran kejadian ini sudah berlangsung lama tetapi pihak Bank DKI baru menyadari hal tersebut belakangan ini. Dari pengakuan anak buahnya, hal ini sudah terjadi sejak bulan Mei hingga Agustus 2019 lalu.
Ikuti lanjutan berita di sini.
Setidaknya 10 pabrik sepatu akan pindah dari Banten dalam waktu dekat. Pabrik-pabrik itu pindah ke Jawa Tengah.
Ada apa?
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengatakan, pabrik-pabrik tersebut memilih Jawa Tengah sebagai tempat baru mereka karena dinilai lebih kompetitif dari sisi upah minimum kabupaten/kota (UMK) yang berdampak pada biaya produksi.