Selama menelusuri Pondok Gede Permai pada Rabu kemarin, Kompas.com hanya menjumpai satu unit ekskavator yang beroperasi.
"Sudah lumayan (bersih) lah dibandingkan minggu lalu. Gerak sih Pemkot (Bekasi), tapi baru 3 hari ini kerasanya," ujar Irvan Nurdin (36), warga RW 008, Rabu siang.
"Bersihinnya 3 bulanlah baru bisa kelar, benar-benar seperti semula. Tapi paling baru 2 bulan banjir lagi," kata dia sembari tertawa.
Ketua RW 008, Syaikhu, mengaku kewalahan dengan tak selesainya masalah lumpur di lingkungannya.
Ia mengatakan, selain penanganan yang belum maksimal, beberapa warga yang baru kembali ke rumah pun kembali membuat kotor jalan karena mengeluarkan lumpur dari rumah mereka yang belum dibereskan.
"Tapi saya salut sama warga, sabar. Ini termasuk cepat menurut saya sejak alat berat bergerak seminggu lalu," ujar Syaikhu yang mengenakan sepatu bot dan kaos berlumur lumpur.
"Cuma di perbatasan RW 008 sama RW 009, dekat Masjid Al-Ikhlas, masih genangan. Karena di sana gotnya tertutup beton rumah-rumah. (Sumbatan lumpur) tidak bisa dirojok (dibongkar)," kata dia.
Syaikhu menyebutkan, setelah berakhirnya masa tanggap darurat banjir, pembersihan lumpur di Pondok Gede Permai bersifat padat karya.
"Kalau manual gini, untuk lumpur saja mungkin sebulan," kata dia.
Lambatnya penanganan lumpur membuat warga berharap hujan turun. Selain untuk mendorong lumpur ke selokan, hujan juga membuat lumpur lebih cair.
Irvan, misalnya, begitu bersyukur ketika hujan mengguyur Pondok Gede Permai saat Kompas.com bertamu ke kediamannya.
"Alhamdulillah," seru Irvan ketika hujan turun.
Ia mengatakan, hujan diperlukan agar lumpur-lumpur yang masih tersisa di RW 008 tak mengering.
Jika mengering, maka lumpur-lumpur itu akan kian sulit dipindahkan.
"Kayak kemarin (Selasa), saat TNI-AU berhasil modifikasi cuaca sampai kemarin kayak kemarau lagi. Panas banget. Kami malah pusing," ujar dia.