"Kurang tidur sudah pasti. Apalagi pas dua hari jelang Imlek, pasti kami tidurnya kurang," Abdul mengakui.
Kerjaan mengurusi lilin-lilin ini bisa bertahan sampai tengah malam. Pulang ke rumah jadi tak masuk akal karena esok subuh mereka harus berjibaku lagi dengan lilin-lilin raksasa itu.
Belum lagi, kian dekat dengan Imlek, umat semakin ramai berdatangan. Mereka memboyong teman dan sanak famili. Intinya, pagi-pagi benar mata mereka yang makin berat itu harus diringan-ringankan agar bisa melek.
"Saya biasanya nginep di wihara di sebelah (klenteng). Semua juga banyakan nginep di wihara," ucap Abdul.
Pertimbangan buat selalu dekat dengan lilin, kendati dalam lelap, bukan hanya masalah jarak dan waktu yang tak efisien.
Keberadaan mereka selalu dibutuhkan sewaktu-waktu di tengah malam sunyi. Kecelakaan tidak ada yang tahu, kebakaran siapa yang bisa menyangka?
Baca juga: Ratusan Polisi Amankan Vihara dan Klenteng Jelang Imlek di Bekasi
"Pas hari H Imlek apalagi. Kalau lilin penuh kan kami jagain. Jangan sampai jatuh tuh, jangan sampai terbakar," jelas Abdul kepada Kompas.com.
Ia mulai ditunggui rekan-rekannya yang ingin sesi wawancara cepat beres sebab tumpukan kerjaan sama padatnya dengan jumlah lilin di Hok Lay Kiong.
"Pokoknya, tanggung jawabnya besar kalau pas Imlek," tandas pria yang mengaku sudah mengemban amanah selaku "penanggung jawab" lilin selama 13 edisi Imlek di Hok Lay Kiong itu.
"Tapi sudah biasa. Kami senang-senang saja," imbuh dia.
Kalimat Abdul jadi pemungkas sesi wawancara. Satu-dua tarikan rokok, lalu Abdul dan kolega kembali memasang mata baik-baik, sebelum tenggelam lagi dalam kesibukan mengurusi lilin-lilin raksasa yang semuanya merah menyala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.