Mereka berangkat dengan persenjataan seadanya, hanya beberapa karabin terni dan karabin organik yang memiliki daya tembak tidak sebesar senjata laras panjang, beserta beberapa butir peluru.
Selain mereka, Mayor Wibowo dari Kantor Penghubung Tentara di Jakarta, serta Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Lettu Soetopo dari Polisi Tentara ikut dalam rombongan itu.
Baca juga: Kronologi Penyerangan KKB yang Sebabkan 1 Prajurit TNI Gugur di Keerom Papua
Mereka membawa pula empat serdadu Inggris berkebangsaan India lengkap dengan seragamnya (versi lain mengatakan delapan serdadu).
Mereka adalah tentara Inggris yang melakukan desersi dan bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat, sekarang TNI).
Sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan tiba di markas Jepang yang berada di tengah kebun karet. Rombongan kemudian memasuki kompleks militer tanpa kesulitan.
Kehadiran empat serdadu India meyakinkan Jepang bahwa rombongan ini gabungan TKR dengan Sekutu.
Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan Taruna Alex Sajoeti bersama beberapa tentara memasuki kantor Kapten Abe. Di dalam markas, Daan Mogot menjelaskan maksud kedatangannya.
Sementara itu di luar, para taruna di bawah pimpinan Soebianto dan Soetopo tanpa menunggu hasil perundingan langsung melucuti tentara Jepang. Tanpa kesulitan berarti, senjata-senjata Jepang berhasil dikumpulkan dan ditumpuk di sebuah lapangan.
Truk-truk pengangkut senjata sedang memasuki kompleks, namun tiba-tiba terdengar letusan senjata. Salah seorang serdadu India sebelumnya mengambil sebuah senjata dari tumpukan di lapangan.
Dia katanya belum pernah melihat jenis senjata yang dipakai tentara Jepang ini sehingga Ia mengamatinya sambil mengutak-utiknya. Entah mengapa, tiba-tiba saja senjata itu meletus.
Semua menjadi panik. Tentara Jepang menduga mereka terjebak, lalu dengan sigap mulai menembaki para taruna MAT.
Beberapa tentara Jepang lainnya cepat pula mengambil senjata-senjata di lapangan.
Para taruna yang tidak menyangka bakal mengalami kejadian begini berhamburan masuk ke dalam kebun karet di depan lapangan. Mereka mencoba melawan dan melepaskan tembakan pula dengan senjata yang dibawanya.
Akan tetapi mereka mengalami kesulitan menggunakan senjata karabinnya, sebab selama pendidikan yang baru berjalan dua bulan, mereka belum sempat menembakkannya sendiri.
Baca juga: Satu Anggota TNI Gugur di Keerom Papua, Penjagaan di Perbatasan PNG Diperketat
Pertempuran berakhir ketika hari mulai gelap. Mereka yang masih hidup ditawan Jepang. Sementara beberapa di antaranya berhasil melarikan diri.