Kami menyebutnya pasien A. A bukanlah inisial nama sebenarnya.
"Ruang isolasi parah, ukurannya kira-kira 3x4 meter. Tapi, isinya malam ini sudah enam orang," ujar A kepada Kompas.com pada Minggu tengah malam.
A menuturkan, pasien terus-menerus masuk. Alhasil, ada pasien yang harus menggunakan kursi roda karena tak kebagian kasur di rumah sakit itu.
Ada pula yang tidur di lantai, kata A.
Mereka yang dikarantina memiliki gejala yang beragam di ruangan itu, mulai dari batuk ringan hingga batuk berat. Rentang usianya pun cukup beragam, baik muda maupun tua.
A mengaku tak mendapatkan informasi yang pasti dari rumah sakit soal penanganan yang akan dia dapat.
Sejak kemarin, pihak rumah sakit mengatakan bahwa ruang rawat di kamar itu penuh.
Pihak rumah sakit menjanjikan dirinya akan dirujuk ke rumah sakit lain. Namun, hingga pagi ini dia belum mendapat kepastian.
Selama dirawat di RSUD Pasar Minggu, A sudah menjalani tes darah dan juga thoraks. Hasilnya, dokter menyebutkan kondisi A baik.
Namun, A masih harus menjalani satu tes lagi yakni tes swab untuk memastikan dirinya terpapar atau tidak dari virus corona.
Hal yang jadi persoalan kemudian tak hanya soal ketersediaan ruang isolasi yang jauh dari memadai.
Sebagai rumah sakit rujukan, rumah sakit ini ternyata juga belum memiliki alat untuk tes swab.
"Katanya baru akan datang Senin ini. Jadi belum tes swab," ucap A.
A pun khawatir dirinya akan benar-benar terpapar virus corona dengan kondisi ruang isolasi yang penuh sesak.
Alhasil, A dan sejumlah pasien lain meminta untuk pulang dan mengisolasi diri di rumah saja. Namun, permintaan ini ditolak rumah sakit.