Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perawat Pasien Covid-19 Distigma Negatif, PPNI: Masyarakat Beruntung Ada di Dekat Perawat

Kompas.com - 25/03/2020, 19:24 WIB
Vitorio Mantalean,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadillah meminta masyarakat tak perlu takut apalagi memberi stigma negatif pada perawat.

Hal itu menyusul insiden sejumlah perawat dan dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang angkat kaki dari indekos mereka lantaran distigma membawa Covid-19 oleh tetangga.

Harif berujar, masyarakat mestinya malah merasa bersyukur apabila bertetangga dengan perawat di tengah pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: Rawat Pasien Covid-19, Tenaga Medis Diusir dari Kos hingga Harus Menginap

"Masyarakat nggak usah takut lah sama perawat. Harusnya bersyukur dan beruntung ada di dekat perawat," kata Harif kepada Kompas.com, Rabu (25/3/2020).

"Takutlah sama kerumunan-kerumunan. Harus takut itu, bukan takut sama perawat," imbuh dia.

Menurut Harif, perawat yang tinggal di sebuah lingkungan justru akan banyak memberi bantuan kepada masyarakat berupa edukasi dan informasi penanganan suatu penyakit.

Perawat justru dapat diandalkan sebagai salah satu informan tepercaya di tengah pandemi Covid-19 yang kerap ditumpangi simpang-siur informasi.

"Kalau ada yang butuh bantuan, kami perawat pasti akan berikan, paling tidak memberikan masukan dari sisi edukasi bidang kesehatannya," jelas Harif.

Terakhir, ia menegaskan bahwa insiden yang menimpa sejumlah perawat dan dokter RSUP Persahabatan tidak mewakili nasib seluruh perawat di Jakarta di tengah pandemi Covid-19.

Tak sedikit warga yang justru mengapresiasi keberadaan perawat di lingkungan tempat tinggal mereka, seraya memberikan aneka dukungan atas kerja keras para perawat di masa seperti ini.

"Yang lain rasanya sih tidak ada masalah. Di tempat tinggal saya juga, orang juga senang kalau tahu saya perawat," ujar Harif.

Baca juga: Rapid Test Covid-19 Digelar Hari Ini, Target Pertama Tenaga Medis

"Memang harusnya seperti itu, karena kami perawat pasti memberikan edukasi kepada masyarakat lingkungan sekitarnya. Jadi jangan diusir," tutup dia.

Mengenai insiden terusirnya perawat dan dokternya, Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Rogayah mengungkapkan bahwa mereka bukan diusir melainkan memilih angkat kaki.

Hal itu disebabkan karena kuatnya stigma tetangga indekos, bahwa para perawat dan dokter itu membawa virus corona.

"Mereka tidak nyaman karena ada stigma, mereka bekerja di RSUP Persahabatan, sebagai rumah sakit infeksi," jelas Rita kepada wartawan, Rabu.

"Sehingga mereka kalau kembali ke rumah, mereka merasa sepertinya menularkan Covid-19 dan membawa virus ke rumah. Lingkungan itu menstigma mereka itu membawa penyakit," ia menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com