Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Tak Membaik Selama Masa Social Distancing

Kompas.com - 31/03/2020, 13:49 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) mencatat bahwa selama 10 hari instruksi social distancing (jaga jarak antara warga) dilakukan di Jakarta karena ada wabah Covid-19, kualitas udara Ibu Kota masih belum sepenuhnya membaik. Padahal, mobilitas warga dengan menggunakan kendaraan bermotor merosot tajam.

Data itu diperoleh KPBB berdasarkan pengukuran kualitas udara ambien (udara bebas di permukaan bumi).

Kualitas udara ambien diperoleh dengan mengukur partikel yang melayang di udara, berbeda dengan pengukuran kualitas udara pinggir jalan.

Baca juga: Kualitas Udara di Jakarta Disebut Akan Semakin Membaik jika Karantina Wilayah Diterapkan

Direktur Eksekutif KPBB, Ahmad Safrudin menyebutkan, pengukuran itu menggunakan data hasil pemantauan AAQMS–Kedubes AS yang ditempatkan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, dalam periode 16-25 Maret 2020.

Parameternya ialah partikel debu berukuran di bawah 2,5 mikron per meter kubik atau biasa disebut PM2.5.

“Rata-rata (kualitas udara) pada saat diterapkan social/physical distancing 16-25 Maret 2020 adalah 44,62. Masih lebih tinggi dari rata-rata pada periode yang sama pada 2019, yaitu 30,49,” ujar pria yang akrab disapa Puput itu melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Puput menyampaikan sejumlah sebab mengapa kualitas udara ambien DKI Jakarta masih masuk kategori “tidak sehat” selama 10 hari masa social distancing dibandingkan tahun lalu.

Utamanya, ada tren perburukan kualitas udara jika dibandingkan antara 3 bulan pertama tahun 2019 dan 2020. Selain itu, secara alami, partikel debu 2,5 mikron amat ringan sehingga butuh waktu untuk turun ke tanah.

Boleh jadi, partikel debu 2,5 mikron yang diukur hari ini telah melayang di udara sejak berminggu-minggu silam. Faktor cuaca, seperti kelembapan dan arah angin juga berperan.

“Kemudian, adanya eksposur dari industri di Jabodetabek yang tetap berproduksi, termasuk pabrik semen di kawasan Bogor, sebagian pabrikan di Jakarta di mana 33 persen energi pabrik masih menggunakan batu bara,” kata Puput.

Baca juga: Ingin Turunkan Risiko Terinfeksi Virus Corona? Ini Cara Jaga Kualitas Udara di Ruangan

“Lalu ada polusi udara dari pembangkit listrik tenaga batubara dan diesel di Pulau Jawa, terutama di Cilegon dan Tangerang,” tambah dia.

Pencemaran udara juga masih terjadi karena aktivitas bongkar-muat kapal di pantai utara Jakarta, terutama di Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Batubara Marunda.

“Kapal-kapal tersebut berbahan bakar marine fuel dengan kadar belerang di atas 10.000 ppm yang menjadi pemicu pencemaran udara. Selama ini, kapal yang bersandar di pantai utara Jakarta berkontribusi atas lebih dari 27 persen sumbangan emisi transportasi di DKI Jakarta,” kata Puput.

Meski demikian, dari hasil analisis, KPBB memprediksi bahwa jika instruksi social distancing bertahan lebih lama dan semakin ketat, tren kualitas udara di Jakarta akan membaik.

“Akan lebih cepat lagi apabila ditingkatkan menuju karantina wilayah, sehingga terjadi pelarangan operasional kendaraan pribadi di jalanan untuk tujuan yang tidak mendesak,” kata Puput.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com