Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2020, 09:28 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pertumbuhan kasus Covid-19 yang disebabkan infeksi virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) di Indonesia semakin melonjak tinggi.

Pada Kamis (16/4/2020) kemarin, sudah tercatat 5.516 orang yang terinfeksi Covid-19.

Para petugas medis pun berada di garda terdepan untuk memerangi virus yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, China.

Salah satu dokter umum yang saat ini jadi relawan menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Wisma Atlet Kemayoran, Jilvien mengaku bahwa ia prihatin melihat keadaan teman-temannya sesama dokter kewalahan menangani pasien Covid-19 yang makin melonjak.

Baca juga: Cerita Dokter Muda Tangani Pasien Covid-19: Kami Selalu Jadi Korban Hoaks Medsos....

Sebab saat itu jumlah dokter tidak seimbang dengan pertumbuhan pasien positif Covid-19.

Akhirnya, ia tergerak menjadi dokter relawan untuk meringankan pekerja dokter lain yang sudah lebih dahulu menangani pasien Covid-19.

“Aku enggak tenang lihat pasien yang membludak, teman-teman dokter yang kewalahan. Terus aku lihat diriku dokter umum, yang seharusnya bantu. Akhirnya aku daftar jadi relawan dokter,” ujar Jilvien dalam wawancara melalui akun Instagram @bekasi_24_jam, Kamis.

Jilvien mengaku, awalnya memang sulit meminta izin kepada orangtuanya untuk menangani pandemi yang penularannya sangat cepat itu.

Baca juga: Dokter Butuh Sejam untuk Pakai APD Penanganan Pasien Covid-19

Orangtua, kata Jilvien, sempat khawatir. Sebab, sebelum pandemi ini terjadi, Jilviean berencana melanjutkan pendidikan kedokteran.

Karena melihat tekad yang besar, akhirnya orangtuanya pun memperbolehkan Jilvien maju ke garda terdepan bersama tenaga medis lainnya.

“Ya aku yakin bisa jaga diri dan Tuhan akan menjagaku. Saat izin mereka bilang awalnya, 'Enggak usah aneh-aneh, diem aja. Kan mau ujian'. Lalu pas aku tanya kedua kali, orangtuaku bilang terserah, ya sudah aku berangkat,” kata dia.

Tidak takut tertular

Selama di rumah sakit menangani pasien, Jilvien mengaku tidak takut tertular dengan virus corona tipe 2 karena ia menyadari risiko pekerjaannya sebagai dokter.

Lagi pula, menurut dia, virus ini lebih kecil kemungkinan menyerang ke usia muda. Apalagi ia tidak merokok dan tidak punya penyakit penyerta. Sehingga Jilvien merasa yakin dirinya bisa dan akan terus sehat.

Baca juga: Kisah Dokter Terinfeksi Virus Corona: Aku Mencintaimu, Ibu Akan Kembali...

"Usia muda bisa terserang Covid, namun jika daya tahan tubuh baik dan tanpa penyakit penyerta kemungkinan gejala berat yang timbul memang lebih kecil," ucap Jilvien.

“Aku termasuk yang tidak takut penularan karena aku enggak merokok. Yang penting aku tahu batasan, bisa jaga kesehatan dan kebersihan. Nah aku serahkan kehendak yang Maha Kuasa karena dia yang atur. I try, I can menagani ini (Covid-19).”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com