JAKARTA, KOMPAS.com - Anton Agusta optimistis alat ventilator rakitannya bisa diterima oleh Kementerian Kesehatan karena merasa sudah sesuai standar.
Namun jika tidak diterima, Anton mengaku tidak menyesal. Meskipun dia telah merogoh kocek puluhan juta demi mewujudkan ventilator itu.
"Seandainya pun nanti 'oh ini tidak terpakai,' ya saya juga sudah siap untuk itu. Yang penting sudah berusaha," katanya saat dikonfirmasi, Senin (20/4/2020).
Tidak ada penyesalan baginya walau sudah merogoh kocek sendiri untuk merakit alat tersebut.
Baginya, dirinya sudah berusaha berkontribusi kepada pemerintah untuk membantu tangani pandemi Covid-19.
Baca juga: Ventilator Buatan Warga Selesai Dirakit, Bisa Diproduksi Massal jika Diterima Kemenkes
Namun dia mengaku tidak akan berhenti berinovasi untuk membuat alat-alat yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.
Kini, ventilator rakitan Anton Agusta sedang diajukan ke Kementerian Kesehatan.
Alat tersebut sudah selesai dan siap dioperasikan setelah berminggu-minggu dalam masa perakitan.
"Kalau menurut saya sudah OK ya. Tapi kan tinggal kita uji lab dari pemerintah terkait kan, karena parameternya kan dari pemerintah terkait," kata Anton saat dihubungi di Jakarta.
Anton merasa yakin alat kesehatan yang dia buat itu akan berhasil digunakan karena rangkaiannya sama dengan ventilator yang sudah diproduksi massal di Spanyol.
Dirinya berharap Kementerian Kesehatan bisa menerima mesin tersebut sehingga dapat diproduksi dengan massal.
Baca juga: Kisah Pengusaha Mesin Laundry Banting Setir Bikin Ventilator demi Perangi Corona
Sebelumnya, Anton Agusta merupakan pengusaha mesin laundry yang berkantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pasca PSBB diberlakukan, dia tergerak untuk membantu pemerintah menanggulangi Covid-19 dengan merakit alat ventilator. Ventilator merupakan alat kesehatan yang berfungsi membantu pernapasan pasien.
Alat ini pun dirasa cocok untuk pasien Covid-19 yang notabene bermasalah di bagian paru-paru. Selain karena cocok, Anton melihat terbatasnya alat ventilator di setiap rumah sakit.
Selama merakit alat ini, dia menghabiskan uang tabungan hampir sebesar Rp 40 juta.
Dia berharap kelak alat ini bisa membantu tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.