Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Orang Nekat Mudik karena Tak Ada Kepastian Hidup di Ibu Kota

Kompas.com - 04/05/2020, 12:33 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai, banyaknya masyarakat yang nekat mudik disebabkkan ketidakpastian hidup di kota rantau seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi.

Pasalnya, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan di tengah pandemi Covid-19.

Sementara itu, bantuan sosial yang diberikan pemerintah banyak tidak tepat sasaran dan mengalami keterlambatan pendistribusian.

Baca juga: Berbagai Upaya Mudik di Tengah Pandemi Covid-19, Berujung Diamankan Polisi

"Di sini (kota rantau) masyarakat enggak kerja, sementara mereka harus bayar kos, kontrakan. Kemudian, bansos yang dijanjikan pemerintah banyak yang enggak tepat sasaran," kata Trubus saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/5/2020).

Padahal, masyarakat membutuhkan jaminan untuk bisa melangsungkan hidup di kota rantau. Sehingga, mereka nekat mudik untuk tetap bertahan hidup.

"Enggak ada jaminan dari pemerintah. Jadi, pemerintah enggak punya kemampuan untuk memberikan rasa nyaman, memberikan kepastian kepada para pemudik itu," ujar Trubus.

Tak hanya itu, masyarakat Indonesia menganggap mudik merupakan bagian tradisi yang wajib dilakukan.

Alasannya, mudik adalah bagian dari silaturahim dengan sanak keluarga di kampung halaman.

"Mudik adalah bagian dari tradisi. Jadi, mereka menganggap itu bagian dari silaturahim, memang setiap tahun mereka mudik," lanjut Trubus.

Sehingga, masih banyak masyarakat nekat mudik dengan melintasi jalur-jalur tikus atau mengelabui polisi yang berjaga di pos-pos penyekatan.

Trubus menilai, saat ini penyekatan bagi para pemudik di jalur-jalur tikus masih lemah dibandingkan penyekatan kendaraan di pintu tol dan jalur protokol.

"Pemerintah selama ini hanya ketat di jalan tol, jalan protokol, jalan utama, jalan nasional. Tapi, jalan-jalan arteri, jalan tikus relatif lama, malah enggak ada pengawasan juga. Ini yang menyebabkan mereka lolos untuk mudik," ungkap Trubus. 

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo melarang masyarakat untuk mudik guna mencegah penularan Covid-19.

Keputusan itu disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, melalui konferensi video, Selasa (21/4/2020).

Larangan mudik tersebut mulai diberlakukan 24 April 2020 pukul 00.00 WIB. Pemeriksaan dan penyekatan kendaraan tersebut akan dilakukan di 18 titik pos pengamanan terpadu dan pos-pos check point di jalur tikus dan perbatasan.

Baca juga: Anies: Hati-hati, Kalau Mudik Belum Tentu Bisa Kembali ke Jakarta dalam Waktu Singkat

Untuk sementara sanksi yang diterapkan adalah polisi akan memutar balik kendaraan pribadi dan angkutan umum berpenumpang yang nekat keluar Jabodetabek untuk melaksanakan mudik.

Larangan tersebut tak membuat masyarakat takut. Pasalnya, tercatat 10.537 kendaraan yang mengarah keluar Jabodetabek diputar balik oleh polisi selama 10 hari Operasi Ketupat 2020, yakni 24 April hingga 3 Mei 2020.

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, 11 persen dari keseluruhan total kendaraan atau 1.201 kendaraan yang diputar balik itu adalah pemudik menggunakan sepeda motor.

Sementara itu, jumlah kendaraan yang diputar balik paling banyak ditemukan Pintu Tol Cikarang Barat arah Jawa Barat.

Rinciannya, 4.010 kendaraan diputar balik di Pintu Tol Cikarang Barat selama 10 hari penyekatan pintu tol dan jalur arteri yang biasa digunakan masyarakat untuk melaksanakan mudik.

Kemudian, sebanyak 3.154 kendaraan diputar balik di jalur Pintu Tol Bitung dan 2.172 kendaraan lainnya diputar balik saat melintas di jalur arteri keluar Jabodetabek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com