"Kemudian di sini diperiksa juga, ada atau tidak potensi pada saat dia treadmill, tekanan darahnya meloncat tinggi banget. Kalau tekanan darahnya tiba-tiba meloncat tinggi, berarti risikonya adalah potensi terjadinya pecah pembuluh darah," jelas Dian.
"Kalau misalnya dari hasil treadmill dia oke sampai dia berhenti 9 menit, itu bisa dikonversikan jadi dosis olahraga yang dianjurkan," tambahnya.
Ada cara lain untuk mengukur batas aman kinerja jantung saat olahraga, kata Dian, dengan perhitungan sederhana.
Metode ini untuk mengukur jumlah denyut nadi per menit.
Langkah pertama, batas aman jumlah denyut nadi adalah 220 dikurangi usia. Jika usia Anda 40 tahun, maka denyut nadi 180 per menit jadi batas maksimal.
Baca juga: Kadishub DKI: 32 Lokasi Pengganti CFD Sudirman-Thamrin Khusus untuk Pesepeda
Agar lebih aman, ujar Dian, maka kinerja jantung 85 persennya saja. Jika mengambil contoh di atas, maka batas aman denyut nadi per menit saat pria berusia 40 tahun bersepeda adalah 153 detak per menit.
"Kalau sudah tidak kuat, stop dulu istirahat," tutup dokter spesialis jantung yang juga praktik di RS Universitas Indonesia ini.
Dian mengakui, bersepeda atau olahraga jenis lainnya memang dianjurkan untuk mempertebal kesehatan jantung, termasuk bagi kalangan yang mempunyai faktor risiko serangan jantung, misalnya penderita obesitas, hipertensi, atau mereka yang lanjut usia.
Akan tetapi, tentu saja olahraga yang membutuhkan kinerja jantung di atas rata-rata dapat langsung digenjot, apalagi untuk kalangan yang memiliki faktor risiko serangan jantung.
"Ibarat mesin motor. Baru beli, baru diisi oli, langsung dibuat kebut-kebutan, dibawa ke Puncak, atau jalan jauh, mesinnya mati. Jadi jangan langsung digeber," ujar Dian.
"Akan lebih aman kalau (intensitas bersepeda) bertahap dan peningkatannya pelan-pelan. Jadi ada gradasi tahapannya," ujar lanjut dia.
Baca juga: Ingin Ikut Tren Bersepeda, Dokter Jantung Sarankan Cek Kesehatan Dulu
Ia pun mencontohkan tahapan ideal yang sebaiknya ditempuh para pesepeda pemula guna menekan risiko serangan jantung.
"Yang dianjurkan adalah olahraga minimal 30 menit selama seminggu 3 kali. Kalau itu sudah cukup maka bisa dinaikkan durasinya," kata Dian.
Setelahnya, barulah mereka bisa perlahan-lahan menambah intensitasnya. Ini tentu hitung-hitungan kasar di atas kertas belaka.
Tambahan intensitas tersebut bisa berupa tambahan jarak tempuh dengan kecepatan konstan, dari 3 kilometer menjadi 4 kilometer di pekan berikutnya, sebagai contoh.
"Atau misalnya 30 menit biasanya cuma 10 kilometer per jam, nanti ditambah lagi kecepatannya. Otomatis jarak tempuhnya juga bisa bertambah," ungkap Dian.
Di luar itu, pesepeda khususnya pemula sebaiknya tak memaksakan diri jika mulai kelelahan dan merasa nyeri di bagian dada. Apalagi jika gejala itu diikuti dengan rasa pusing dan perasaan tidak nyaman dari dada ke punggung, hingga tangan. Itu, kata Dian, merupakan salah satu ciri gejala awal serangan jantung.
"Sudah terasa sesak langsung berhenti, istirahat. Rambu-rambunya sudah ada, jangan dipaksakan lagi karena diledek temannya. Itu bahaya," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.