Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[EKSKLUSIF] Buka-bukaan Ayah Korban Soal Pengurus Gereja di Depok yang Cabuli 23 Anak

Kompas.com - 15/07/2020, 07:19 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

SPM minta maaf di forum itu kepada Anda?

Tidak ada dia minta maaf. Tidak ada. Tidak ada. Enggak pernah.

Sombong pelaku ini. Arogan, mentang-mentang dia kan punya latar belakang hukum (sebagai pengacara).

Jadi, dari (pihak) dia ada yang mau ketemu saya, ada abang dan mamaknya, saya tidak mau, berusaha cari jalan damai.

Damai bagaimana? Mencabut laporan?

Indikasinya ke sana. Saya tidak mau bertemu.


Bagaimana modus SPM mendekati anak Anda?

Dia berusaha mendekatkan anak saya kepada dia. Jadi, dia membentuk “tim informasi” yang isinya 3 orang dan ketuanya anak saya.

Sehingga, anak saya ini mau tidak mau harus selalu berhubungan dan mengadakan rapat dengan dia. Setiap kejadian, saya tanya anak saya, kenapa bisa kamu terus, dia jawab, sudah selesai rapat yang dua disuruh keluar ruangan.

Anak saya mau ikut dengan mereka tetapi ditahan oleh dia, dengan alasan disuruh rapi-rapikan perpustakaan.

Kejadian itu lebih sering di perpustakaan gereja. Itu perpustakaannya di lantai 2, sepi, memang tidak kedengaran kalau teriak dari dalam, saya sudah tes. Pintu kayu semua, tidak ada kaca, dan posisi ruangannya di pojok.

Sebelum berbuat cabul, apakah SPM meneror anak Anda dengan intimidasi atau ancaman jika memberontak?

Iya. Di misdinar kan ada yang senior. Yang senior itu sudah dipukul, ditempeleng, ditendang, kemudian dimarah-marahi dengan kata-kata kasar dan jorok (oleh SPM), dan itu disaksikan oleh anak-anak dan anak saya.

Apalagi, anak-anak di misdinar hanya boleh kegiatan di gereja yaitu di misdinar, padahal di gereja tersebutkan banyak kegiatan.

Kalau dia (anak-anak) ikut kegiatan lain selain misdinar, akan dikeluarkan dan dimarahi oleh dia (SPM).

Saya tanya ke dia, kenapa kamu diam saja (saat dilecehkan)?

Dia jawab, “saya takut”.


Anaknya menceritakan ketakutannya saat mengalami pelecehan itu. Kata Guntur, anaknya tak berteriak karena tidak ada orang yang bisa mendengar. Dia juga takut dengan pelaku yang badannya lebih besar. 

Namun dalam ketakutannya itu, dia juga tidak bisa kabur karena ruangannya dikunci.

Guntur juga mengungkap, ada sebuah grup WhatsApp yang berisi pelaku dan anak-anak misdinar korbannya itu. Grup tersebut tidak boleh dilihat oleh para orangtua. Anak-anak menurutinya karena takut dan tertekan dengan pelaku.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com