SPM minta maaf di forum itu kepada Anda?
Tidak ada dia minta maaf. Tidak ada. Tidak ada. Enggak pernah.
Sombong pelaku ini. Arogan, mentang-mentang dia kan punya latar belakang hukum (sebagai pengacara).
Jadi, dari (pihak) dia ada yang mau ketemu saya, ada abang dan mamaknya, saya tidak mau, berusaha cari jalan damai.
Damai bagaimana? Mencabut laporan?
Indikasinya ke sana. Saya tidak mau bertemu.
Bagaimana modus SPM mendekati anak Anda?
Dia berusaha mendekatkan anak saya kepada dia. Jadi, dia membentuk “tim informasi” yang isinya 3 orang dan ketuanya anak saya.
Sehingga, anak saya ini mau tidak mau harus selalu berhubungan dan mengadakan rapat dengan dia. Setiap kejadian, saya tanya anak saya, kenapa bisa kamu terus, dia jawab, sudah selesai rapat yang dua disuruh keluar ruangan.
Anak saya mau ikut dengan mereka tetapi ditahan oleh dia, dengan alasan disuruh rapi-rapikan perpustakaan.
Kejadian itu lebih sering di perpustakaan gereja. Itu perpustakaannya di lantai 2, sepi, memang tidak kedengaran kalau teriak dari dalam, saya sudah tes. Pintu kayu semua, tidak ada kaca, dan posisi ruangannya di pojok.
Sebelum berbuat cabul, apakah SPM meneror anak Anda dengan intimidasi atau ancaman jika memberontak?
Iya. Di misdinar kan ada yang senior. Yang senior itu sudah dipukul, ditempeleng, ditendang, kemudian dimarah-marahi dengan kata-kata kasar dan jorok (oleh SPM), dan itu disaksikan oleh anak-anak dan anak saya.
Apalagi, anak-anak di misdinar hanya boleh kegiatan di gereja yaitu di misdinar, padahal di gereja tersebutkan banyak kegiatan.
Kalau dia (anak-anak) ikut kegiatan lain selain misdinar, akan dikeluarkan dan dimarahi oleh dia (SPM).
Saya tanya ke dia, kenapa kamu diam saja (saat dilecehkan)?
Dia jawab, “saya takut”.
Anaknya menceritakan ketakutannya saat mengalami pelecehan itu. Kata Guntur, anaknya tak berteriak karena tidak ada orang yang bisa mendengar. Dia juga takut dengan pelaku yang badannya lebih besar.
Namun dalam ketakutannya itu, dia juga tidak bisa kabur karena ruangannya dikunci.
Guntur juga mengungkap, ada sebuah grup WhatsApp yang berisi pelaku dan anak-anak misdinar korbannya itu. Grup tersebut tidak boleh dilihat oleh para orangtua. Anak-anak menurutinya karena takut dan tertekan dengan pelaku.