Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/07/2020, 17:40 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyimak curahan hati (curhat) dari sejumlah tenaga pengajar saat ia melakukan kunjungan kerja ke beberapa sekolah di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/7/2020).

Kepada Nadiem, guru-guru tersebut mengaku kesulitan dalam menerapkan proses belajar jarak jauh (PJJ) akibat situasi pandemi.

Hal yang paling krusial dialami oleh guru dan peserta didik di Kota Bogor dalam menjalankan sistem PJJ adalah ketersediaan kuota internet dan jaringan.

Baca juga: Warkop di Pondok Aren Tangsel Sediakan Internet Gratis Bantu Siswa Belajar Daring

Isti, seorang guru di SMP Muhammadiyah, Kota Bogor, menyampaikan keluh kesahnya di depan Menteri Nadiem berkait mengajar dengan metode jarak jauh atau daring.

Ia mengatakan, hanya sekitar 57 persen murid-muridnya yang mampu mengikuti PJJ karena keterbatasan kuota internet yang dimiliki.

Menurut Isti, tidak semua orangtua murid mampu membelikan kuota internet untuk memfasilitasi anak-anaknya saat belajar menggunakan pola daring.

Baca juga: Internet dan Makan Siang Gratis untuk Pelajar di Roemah Djawa Kota Tangerang

"Pak Menteri, saya ingin sampaikan pandemi ini sangat menyedihkan. Kondisi ini juga memaksa sekolah untuk belajar jarak jauh. Di sekolah ini hanya 57 persen siswanya yang bisa daring karena terkendala kuota," ungkap Isti.

Dirinya menambahkan, masalah lain yang dihadapi dalam belajar jarak jauh adalah kualitas jaringan.

Isti menyebutkan, beberapa kali ketika mengajar daring, ia melihat murid-muridnya harus keluar-masuk atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapat sinyal yang bagus.

"Tolong Pak Menteri, carikan solusi masalah ini untuk kami," katanya.

Siti Sadiyah, guru Bimbingan Konseling SMP Al Ghazaly, Kota Bogor, juga menyampaikan keluhan serupa.

Siti mengaku kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kuota internet karena biayanya yang mahal.

Selain itu, dia mulai kelelahan karena harus selalu memantau gawainya nyaris 24 jam.

Sementara itu, Nadiem Makarim mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan kapan pelaksanaan belajar mengajar di sekolah bisa dilakukan tatap muka.

Nadiem juga meminta kepada para guru dan peserta didik untuk bersabar di tengah situasi ini.

Saat ini, sambungnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyusun prioritas untuk segera mengembalikan sistem pembelajaran tatap muka.

"Prioritas kami, bagaimana kami mengembalikan siswa ke sekolah secepat mungkin dan seaman mungkin," tutur Nadiem.

"Jadi PJJ itu bukan kebijakan pemerintah. PJJ itu kita terpaksa karena pilihannya antara ada pembelajaran atau tidak ada pembelajaran sama sekali karena krisis kesehatan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com