BEKASI, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menguji kandungan semburan air bercampur lumpur di sumur milik rumah pribadi milik Manahan Daulaya yang ada di kawasan kolam renang Kranggan, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bekasi.
Lurah Jatirangga Ahmad Appandi menyampaikan, KLHK menguji apakah semburan tersebut mengandung material yang berbahaya atau tidak.
“Kemarin KLHK dengan Dinas Lingkungan Hidup meninjau lokasi semburan gas yang ada di Jatirangga. Mereka juga mengambil sampling gasnya dan sebagian air untuk dites apakah ada unsur pencemaran lingkungan atau tidak,” ujar Appandi saat dihubungi, Selasa (8/9/2020).
Baca juga: Semburan Air Campur Lumpur Tak Berhenti, Sumur di Bekasi Kini Ditutup
Appandi mengatakan, belakangan diindikasikan ada kandungan gas di bawah sumur yang dibor itu. Sebab, menurut dia, di kawasan Kranggan memang dikenal memiliki potensi kandungan gas alam.
Penelitian terhadap sumur itu nantinya juga dibantu oleh ahli geologi.
“Nah memang diindikasi di dalam bawahnya (sumur) itu ada kandungan gas. Kita tidak tahu apakah berupa sumur atau kantong itu, nanti tim teknis atau ahli geologi yang menyimpulkan,” ucap Appandi.
Appandi mengatakan, pihak Dinas LHK juga menyarankan pemilik sumur untuk mengecek kandungan semburan air bercampur lumpur itu ke lembaga lainnya.
Dengan begitu, hasilnya akan dibandingkan antara KLHK dengan lembaga tersebut.
“Artinya selain punya data dari Kementerian, disarankan oleh Dinas untuk cek juga agar hasil lebih akurat. Kami wilayah menunggu hasilnya,” tutur dia.
Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan rekaman peristiwa semburan air bercampur lumpur layaknya air mancur di salah satu kolam renang di kawasan Jatirangga, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (5/9/2020), beredar di media sosial.
Baca juga: Video Viral Semburan Air Campur Lumpur di Bekasi, Bersumber dari Pengeboran Sumur
Lurah Jatirangga Ahmad Appandi mengatakan, semburan air bercampur lumpur itu berasal dari pengeboran sumur yang berdekatan dengan kolam renang di rumah pribadi.
Affandi mengatakan, sumur itu sudah ditutupi bebatuan dan lempengan baja guna mengurangi volume air bercampur lumpur yang keluar terus-menerus.
Saat ini, kata Affandi, lumpur tak lagi keluar dari sumur tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.