TANGERANG, KOMPAS.com - Salah satu profesi yang pendapatannya terdampak karena pandemi adalah wartawan.
Itulah yang dirasakan oleh Mus Mulyadi, pewarta media radio yang bertugas di wilayah Kota Tangerang.
Dia bercerita, pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap pendapatannya dan tentu akan berdampak juga kepada keluarganya.
"Kalau diceritain ya berkurang banget, sangat berkurang. Susah mah diceritain berapa kurangnya," ujar Mus saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/10/2020).
Baca juga: Sepi Pelanggan karena Covid-19, Pengusaha Wedding Organizer Kini Jualan Nasi Uduk dan Donat
Mus bercerita, sebagai tulang punggung keluarga, pendapatannya sehari-hari sebagai seorang wartawan sudah sangat pas-pasan untuk menghidupi keluarga.
Istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga, sedangkan dua anaknya masih bersekolah.
"Yang nomor dua itu sekarang kelas 11, nomor tiga kelas 6 SD," tutur Mus.
Adapun anak sulungnya kini mencari sekolah kedinasan agar tidak membebani orangtuanya apabila harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Sekarang masa pandemi ini dia bantu-bantu kita jualan juga, kemarin juga coba melamar jadi taruna polisi," kata dia.
Melihat keadaan ekonominya yang kian sempit pada masa pandemi, Mus kini menjadi pedagang siomay di tengah-tengah kegiatan mewartakan berita.
Mus bercerita, awalnya pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada pendapatannya, tetapi juga pendapatan orang-orang terdekatnya.
Usaha siomay yang dinamai Siomay Bandung Barokah Karawaci yang ditekuni mertuanya sejak tahun 2000 itu mulai terancam karena kedai siomay sempat ditutup akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Akhirnya, Mus mencoba ikut menjual siomay yang saat itu hanya bisa dinikmati takeaway.
"Akhirnya kita di masa pandemi mengupayakan segala cara, terutama ketika kami punya rekan saudara. Istilahnya banyak teman banyak rezeki itu terbukti," kata Mus.
Tidak jarang, ketika acara-acara konferensi pers di wilayah Kota Tangerang, Mus menyiapkan siomay dagangannya sebagai konsumsi acara.
Tidak hanya menjajakan barang dagangannya kepada para narasumber dan teman-teman pewarta, Mus juga menjual siomaynya melalui aplikasi pemesanan daring.
"Bulan April kita mulai main di Grab-Food dan Go-Food karena sempat pasar ditutup, tidak boleh ada orang makan di tempat kan. Itu akhirnya membuat kita berupaya tetap eksis dengan jualan secara online. Alhamdulillah terbantu dengan adanya jualan online," kata dia.
Mus mengaku pendapatannya berjualan siomay sangat membantu menutupi kekurangan dari pendapatannya pada masa pandemi.
Bahkan, Mus merasa mulai lebih menyukai berjualan siomay karena pendapatan yang dihasilkan dengan berjualan siomay bisa lebih tinggi dari pendapatannya sebagai pewarta.
Dia merasa ingin lebih serius lagi untuk berjualan siomay dan mencoba mengembangkan usaha siomaynya itu ke berbagai wilayah.
"Sepertinya dari yang iseng-iseng menjadi pengin serius. Meninggalkan profesi wartawan mungkin tidak, tapi sekarang yang awalnya 70 di media 30 di siomay, jadi malah terbalik," kata dia sambil tertawa.
Mus mengatakan, dia sendiri sudah membuktikan bagaimana semangat untuk bangkit bisa menyelamatkan perekonomian keluarganya di tengah pandemi Covid-19 ini.
Baca juga: Kisah Junaedi, 15 Kali Gagal Lamar Kerja dan Jatuh Bangun Bangun Usaha di Tengah Pandemi Covid-19
Meskipun harus membagi waktu sebagai seorang pewarta juga sebagai seorang tukang siomay yang membawa barang dagangannya saat bekerja.
Harapan Mus pada masa pandemi ini tidak ada satu orang pun yang berpikir pesimistis apakah masih ada rezeki atau pekerjaan yang bisa menopang hidup, khususnya mereka yang terkena PHK.
"Modal terbesar yang kita punya saat ini adalah semangat untuk bangkit, semangat untuk optimistis kalau hari ke depan itu kita bakal lebih baik lagi dengan doa dan usaha kita," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.