JAKARTA, KOMPAS.com - Pengesahan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR dan pemerintah dalam rapat paripurna di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (5/10/2020), menuai protes sejumlah pihak, salah satunya kelompok buruh.
Kalangan buruh dan mahasiswa merespons UU Cipta Karya tersebut dengan menggelar aksi demo hingga mogok kerja.
Mereka mendesak UU Cipta Karya dibatalkan. Salah satunya dengan menerbitkan Perppu.
Demo terjadi di sejumlah kota di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta sejak Rabu (7/10/2020) hingga Kamis (8/10/2020).
Untuk wilayah Jakarta, demo terpusat di dua tempat, yakni di sekitar Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat; dan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Kepolisian mencoba mediasi dengan kaum buruh dan mahasiswa untuk membatalkan aksi karena Indonesia masih berada dalam situasi pandemi Covid-19.
Kerumunan massa dikhawatirkan memunculkan klaster baru Covid-19.
Aksi demo berlangsung damai pada Rabu. Namun, kondisi berbeda terjadi pada Kamis.
Aksi berlangsung anarkistis hingga terjadi perusakan sejumlah fasilitas publik. Berikut rangkuman Kompas.com bagaimana kronologi aksi demo di Jakarta pada Kamis.
Pukul 10.00 - 12.00 WIB
Polda Metro Jaya menggelar operasi untuk mengamankan massa yang hendak menggelar aksi demo.
Hingga pukul 12.30 WIB, polisi mengamankan sekitar 200 pemuda yang hendak menggelar aksi demo. Mereka berasal dari Jakarta, Serang, Tangerang, Bogor, dan Bandung.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, sejumlah orang yang diamankan diduga masuk kelompok Anarko. Mereka ingin membuat kerusuhan di tengah aksi unjuk rasa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ponsel, mereka umumnya mendapatkan pesan singkat ajakan untuk menggelar aksi unjuk rasa.
Polisi terus melakukan penyekatan di sejumlah titik di perbatasan Jakarta dan kota-kota penyangga untuk menghalang pergerakan massa.
Namun, gelombang massa terus berdatangan hingga memenuhi kawasan Kompleks Senayan dan Simpang Harmoni yang berdekatan dengan Istana Negara.
Pukul 12.30 - 13.00 WIB
Massa mulai berdatangan ke Simpang Harmoni dan mencoba mengarah ke Istana Negara. Polisi bersama TNI menghadang mereka untuk mendekat ke kompleks Istana Kepresidenan.
"Kita geruduk Istana Presiden yang dibangun dengan perjuangan rakyat," tutur salah satu orator.
Aksi penyampaian pendapat belum berlangsung karena masih terjadi adu argumen antara massa dan Kepolisian.
Menghadapi situasi tersebut, Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Lilik Sumardi mengimbau pengguna jalan agar tidak melintas di Simpang Harmoni.
Kepolisian memberlakukan pengalihan arus lalu lintas.
Pukul 13.30 - 13.50 WIB
Massa masih mencoba memaksa polisi membuka barikade agar mereka bisa mendekat ke kompleks Istana Kepresidenan.
"Buka, buka, buka pintunya, buka pintunya sekarang juga," kata massa yang tertahan.
Perwakilan massa tampak bernegosiasi dengan polisi agar diizinkan lewat sehingga mereka bisa menyampaikan aspirasi di depan Istana.
"Kita heningkan suasana, kita berdoa, kita mau negoisasi dengan Kapolres. Mari berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa agar kita diperbolehkan," kata salah satu orator.
Pukul 14.30 - 15.00 WIB
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.