Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dokter yang Tangani Pasien Covid-19, Rutin Saksikan Kematian hingga Tunggu Giliran Terpapar

Kompas.com - 19/10/2020, 10:09 WIB
Sonya Teresa Debora,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Namun, di samping itu, terdapat kemungkinan bahwa pasien dapat meninggal dunia.

“Fase ketiga ada opsi meninggal dan itu opsi yang paling berat, harus ngasih tahu keluarganya,” ungkap Gia.

Baca juga: IDI: 9 Dokter di Bekasi Sempat Terpapar Covid-19, 2 Orang lainnya Meninggal Dunia
Apalagi, keluarga pasien yang meninggal sebab Covid-19 pun tidak dapat memakamkan mereka layaknya pemakaman pada umumnya.

“Meninggalnya pun mereka tidak bersama dengan keluarga kan mereka. Itu fase yang berulang. Itu bikin stress banget,” tambah Gia

Seolah menunggu giliran

Menambah lagi tingkat stres tenaga kesehatan yang sudah tinggi, satu demi satu tenaga kesehatan juga berjatuhan terpapar Covid-19.

Berdasarkan data Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI), sebanyak 127 dokter, 9 dokter gigi dan 92 perawat telah meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Dari 127 dokter yang wafat, terdapat 66 dokter umum dengan 4 dokter di antaranya merupakan guru besar, 59 dokter spesialis, 4 orang guru besar, dan 2 orang lainnya adalah seorang residen.

Sementara, dari 9 dokter gigi tersebut, 6 dokter gigi umum, dan 3 dokter gigi spesialis.

“Karena kita kayak gini, kayak nunggu gantian aja gitu. Abis ini kena, temen yang ini kena, jadi saya bilang ah ini tinggal nunggu giliran”, ujarnya.

Di tengah-tengah tingginya tingkat stres yang harus dilalui oleh para tenaga kesehatan, berbagai cara dilakukan mereka untuk dapat bertahan.

“Saya sih jadinya nulis buku kemarin buat jadi coping mechanism-nya,” jelas Gia.

Baca juga: Wagub DKI Persilakan Bioskop Tetap Tutup atau Buka Saat PSBB Transisi

Di luar itu, cara yang dapat dilakukan adalah dengan berbagi kisah antar sesama tenaga kesehatan.

“Ya kita sharing aja sih di whatsapp group,” tuturnya.

New normal yang terlampau normal

Di tengah-tengah kondisi tenaga kesehatan yang penuh tekanan, masyarakat malah sering abai dalam penerapan protokol kesehatan.

“Jadi kadang kalau masyarakat dibilang new normal kadang-kadang yang kedengeran cuma normal aja. Jadi kadang mereka masih sama aja, masih enggak pakai masker,” ungkap dr. Gia.

Tak sedikit pula yang menganggap keadaan telah membaik sehingga mengabaikan protokol kesehatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com