Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tukang Galian asal Brebes, Setia Menunggu Kerja di Lebak Bulus sejak Puluhan Tahun Lalu

Kompas.com - 29/10/2020, 05:45 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

"Awalnya pekerjaan buruh tani, tapi sudah kosong. Di kampung kan garap sawahnya udah pake mesin. Tenaga buat garap tani udah ga dibutuhin. Makanya ke jakarta. Siapa tahu ada pekerjaan," ujar Kasuad.

Ia sudah mulai menunggu di Jalan Adhyaksa Raya sejak tahun 2000. Sebelum itu, Kasuad bolak-balik Jakarta untuk mencari sesuap nasi dari pekerjaan sebagai tukang gali.

Sementara itu, Wari juga sudah puluhan tahun bekerja sebagai tukang gali di Jakarta. Ia awalnya mengadu nasib di Jakarta.

"Kalau di Jalan Adhyaksa, ini ngikut dan mangkal di sini," kata laki-laki dengan enam cucu ini.

Di Jalan Adhyaksa Raya, Wari datang sendiri tanpa ada kenalan teman satupun. Ia mencoba mengingat awal-awal kedatangannya di Jalan Adhyaksa Raya.

Baca juga: UPDATE 28 Oktober: Bertambah 844, Kasus Covid-19 di Jakarta Capai 103.552

"Awalnya saling gak kenal. Awalnya nanya, 'di sini lagi ngapain? boleh ga kerja di sini?'," ujar Wari sambil tertawa.

Bagi Wari, rekan-rekannya sudah seperti saudara. Suka duka dijalani bersama. Punya atau tidak uang, kerja atau tidak, dijalani bersama.

Tukang-tukang gali dari Brebes sudah datang ke Jakarta bahkan sejak tahun 1970-an. Mereka tersebar di beberapa titik di Jakarta dan sekitarnya.

Pada era pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin dan Tjokropranolo, Jakarta banyak melakukan pembangunan sana-sini. Gedung-gedung dan sarana transportasi di Jakarta dibangun pada era 1970-1980an.

Selama bekerja, tarif mereka mulai Rp300.000 per hari atau bisa berbeda jika mengerjakan proyek borongan. Mereka bisa mengerjakan proyek-proyek di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, dan Bogor.

Dari pekerjaannya, mereka bisa menyisihkan sejumlah uang untuk dikirimkan ke keluarganya.

Namun, belakangan ini mereka tak bisa banyak mengirimkan uang lantaran berkurangnya pekerjaan.

Pekerjaan sebagai tukang gali akan terus mereka jalani. Keterbatasan kemampuan dan modal adalah alasan.

Namun, hidup yang lebih baik masih menjadi harapan bagi para tukang gali dari Brebes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com