"Awalnya pekerjaan buruh tani, tapi sudah kosong. Di kampung kan garap sawahnya udah pake mesin. Tenaga buat garap tani udah ga dibutuhin. Makanya ke jakarta. Siapa tahu ada pekerjaan," ujar Kasuad.
Ia sudah mulai menunggu di Jalan Adhyaksa Raya sejak tahun 2000. Sebelum itu, Kasuad bolak-balik Jakarta untuk mencari sesuap nasi dari pekerjaan sebagai tukang gali.
Sementara itu, Wari juga sudah puluhan tahun bekerja sebagai tukang gali di Jakarta. Ia awalnya mengadu nasib di Jakarta.
"Kalau di Jalan Adhyaksa, ini ngikut dan mangkal di sini," kata laki-laki dengan enam cucu ini.
Di Jalan Adhyaksa Raya, Wari datang sendiri tanpa ada kenalan teman satupun. Ia mencoba mengingat awal-awal kedatangannya di Jalan Adhyaksa Raya.
Baca juga: UPDATE 28 Oktober: Bertambah 844, Kasus Covid-19 di Jakarta Capai 103.552
"Awalnya saling gak kenal. Awalnya nanya, 'di sini lagi ngapain? boleh ga kerja di sini?'," ujar Wari sambil tertawa.
Bagi Wari, rekan-rekannya sudah seperti saudara. Suka duka dijalani bersama. Punya atau tidak uang, kerja atau tidak, dijalani bersama.
Tukang-tukang gali dari Brebes sudah datang ke Jakarta bahkan sejak tahun 1970-an. Mereka tersebar di beberapa titik di Jakarta dan sekitarnya.
Pada era pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin dan Tjokropranolo, Jakarta banyak melakukan pembangunan sana-sini. Gedung-gedung dan sarana transportasi di Jakarta dibangun pada era 1970-1980an.
Selama bekerja, tarif mereka mulai Rp300.000 per hari atau bisa berbeda jika mengerjakan proyek borongan. Mereka bisa mengerjakan proyek-proyek di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, dan Bogor.
Dari pekerjaannya, mereka bisa menyisihkan sejumlah uang untuk dikirimkan ke keluarganya.
Namun, belakangan ini mereka tak bisa banyak mengirimkan uang lantaran berkurangnya pekerjaan.
Pekerjaan sebagai tukang gali akan terus mereka jalani. Keterbatasan kemampuan dan modal adalah alasan.
Namun, hidup yang lebih baik masih menjadi harapan bagi para tukang gali dari Brebes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.