Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Penurunan Jumlah Tes Covid-19 di Jakarta

Kompas.com - 06/11/2020, 17:38 WIB
Ihsanuddin,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Dwi membantah anggapan bahwa jumlah tes sengaja diturunkan guna menurunkan penambahan kasus harian. Ia menyebutkan, jika tes sengaja diturunkan, hal itu justru akan berdampak pada positivity rate yang membesar. 

Baca juga: Satgas Penegakan Covid-19 Jakarta Barat Akan Sasar Perusahaan yang Langgar PSBB

Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah orang yang dites dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Saat ini, positivity rate DKI Jakarta berada di angka 9 persen, lebih rendah dari angka nasional yang mencapai 12 persen.

"Justru kalau testingnya turun peluang untuk positivity rate naik lebih besar. Kalau testing turun kan yang dites orang-orang yang benar-benar gejala berat," kata Dwi.

"Itu sama dengan kita awal dulu, karena kita tesnya masih rendah positivity rate bisa 20 persen lebih," tambahnya.

Banyak kasus tak terdeteksi

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono menilai, Jakarta sebenarnya sudah relatif baik ketimbang daerah lainnya. Sebab, Jakarta sudah melampaui standar Badan Kesehatan Dunia atau WHO yakni mengetes 1 orang per 1000 penduduk per minggu.

Namun ia menyayangkan tren penurunan tes dalam sepekan terkahir. Ia menilai, penurunan angka testing itu membuat kondisi penularan Covid-19 yang sebenarnya jadi sulit untuk terbaca.

"Saya juga bingung kenapa tesnya menurun. Kalau testing-nya enggak menurun, saya yakin sudah ada penurunan kasus di Jakarta. Tapi karena testingnya juga menurun, saya belum yakin," kata Pandu.

Hal serupa disampaikan ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman. Ia khawatir turunnya angka tes itu membuat kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat semakin banyak.

Akan ada banyak orang tanpa gejala yang tak sadar telah terpapar Covid-19 dan justru menjadi penyebar virus bagi kelompok rentan. Hal itu justru bisa meningkatkan kematian.

"Akan cendrung banyak kasus yang terdeteksi sehingga terjadilah kematian," kata Dicky

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com