Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Kunjung Bertemu Wali Kota Tangerang, Warga Benda Serukan Mosi Tidak Percaya

Kompas.com - 15/12/2020, 20:31 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Tak berhasil menemui titik terang berkait masalah penggusuran rumah untuk pembangunan Tol JORR 2, warga Benda, Tangerang serukan mosi tidak percaya kepada Wali Kota Tangerang, Selasa (15/11/2020).

Warga Benda yang menjadi korban penggusuran rumah untuk pembangunan Tol JORR 2 sudah melakukan unjuk rasa selama dua hari, sejak Minggu (13/12/2020) hingga Selasa (15/11/2020) di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang.

Koordinator tim pengunjuk rasa, Dedi Sutrisno mengakui, pihaknya hingga kini masih belum mendapat jawaban atas tuntutan mereka, yakni bertemu dengan wali kota atau wakil wali kota Tangerang.

Baca juga: Demo di Kantor Pemkot Tangerang, Warga Benda Korban Penggusuran Tol JORR II Minta Bertemu Wali Kota

Oleh karenanya, ia dan pengunjuk rasa lain menyerukan mosi tidak percaya ke orang nomor satu di Tangerang Kota tersebut.

"Mosi tidak percaya kami bentuknya lisan saja. Pokoknya, kami tidak percaya lagi ke wali kota," tegasnya.

Mereka menyerukan mosi tidak percaya tersebut sekitar pukul 16.45. Diawasi oleh aparat keamanan, mereka menyerukan mosi tersebut dengan damai.

"Kami berteriak, memang. Tapi tidak sampai ricuh," ujarnya.

Baca juga: Air Mineral Bukan Jawaban, Warga Benda Terus Tuntut Kehadiran Wali Kota Tangerang

Dirinya mengaku, baik sejak kemarin atau pun sejak penyeruan mosi tidak percaya, belum ada satu pun pihak Pemkot Tangerang yang menemui mereka secara langsung.

"Tidak ada yang turun (pihak Pemkot Tangerang). Cuma diliatin saja tadi kami oleh aparat," tuturnya.

Walau demikian, ia juga mengaku hendak menunggu respon Pemkot Tangerang hingga besok. Andai wali kota atau wakil wali kota Tangerang hendak menemui pengunjuk rasa, mereka tentu akan menerima hal tersebut.

"Yang jelas, tuntutan kami bertemu dengan mereka (wali kota atau wakil wali kota Tangerang) dan menemukan solusi bersama," pungkasnya.

Sekedar diketahui, hingga kini 300 warga Benda yang mengalami penggusuran rumah masih belum menerima kompensasi yang dijanjikan.

Tak hanya itu saja, mereka juga menolak besaran kompensasi yang hendak diberikan yaitu Rp 2.600.000 per meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com